Samata,
06 Mei 2016
No :
018/KAP/IV/2016
Lampiran : 3 Lembar
Perihal :
Laporan Hasil Audit Manajemen
Kepada :
Yth. Direktur
Utama PT. Indojewel
Di Malang
Kami telah
melakukan audit atas Pelatihan Karyawan pada PT. Indojewel untuk periode
tahun 2007/2008. Audit kami tidak dimaksudkan untuk memberikan pendapat atas
kewajaran laporan keuangan perusahaan dan oleh karenanya kami tidak memberikan
pendapat atas laporan HRD tersebut. Audit kami hanya mencakup bidang
Pelatihan Karyawan yang dilaksanakan (terjadi pada) PT. Indojewel. Audit
tersebut dimaksudkan untuk menilai ekonomisasi (kehematan), efisiensi (daya
guna) dan efektivitas (hasil guna) Pelatihan Karyawan yang dilakukan dan
memberikan saran atas kelemahan yang ditemukan selama audit, hingga diharapkan
di masa yang akan datang dapat dicapai perbaikan atas kekurangan tersebut dan
perusahaan dapat beroperasi dengan lebih ekonomis, efeisien dan efektif dalam
mencapai tujuannya. Hasil audit kami sajikan dalam bentuk laporan audit yang
meliputi:
Bab I :
Informasi Latar Belakang
Bab II :
Kesimpulan Audit yang Didukung dengan Temuan Audit dan Rekomendasi
Bab III : Ruang
Lingkup Audit
Dalam
melaksanakan audit kami telah memeroleh banyak bantuan, dukungan dan kerja sama
dari berbagai pihak baik jajaran direksi maupun staf yang berhubungan dengan
pelaksanaan audit ini. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih atas kerja
sama yang telah terjalin dengan baik ini.
KAP &
Management Consultant Rawiatmaja & Partner Tn. Kris Palguna.
BAB I
INFORMASI LATAR
BELAKANG
PT. Indojewel
bergerak di bidang produksi perhiasan berbahan dasar mutiara dan emas. Mutiara
yang digunakan adalah hasil pembudidayaan sendiri yang terintegrasi dalam
rencana bisnis perusahaan, sedangkan emas diperoleh dari dalam negeri. Desain
produk sudah cukup dikenal di pasar, merupakan hasil pengembangan bagian
litbang perusahaan yang dipimpin oleh tenaga ahli di bidangnya. Perusahaan
mempekerjakan 1.500 karyawan tetap dan sekitar 750 karyawan kontrak yang
dipekerjakan terutama sebagai staf produksi di divisi budidaya mutiara dan
cleaning service di seluruh divisi perusahaan, dengan peghasilan rata-rata
sebesar 250% dari UMK yang ditetapkan pemerintah. Perusahaan menerapkan
teknologi maju dalam produksi perhiasan dengan investasi sebesar Rp1,75 triliun
untuk membeli peranti keras dan Rp500 miliar untuk membeli peranti lunak
termasuk sistem informasi, yang mengintegrasikan seluruh divisi ke dalam satu
rangkaian operasi dan sistem pelaporan. Pelatihan karyawan bersifat
situasional, sesuai dengan permintaan manajer lini dan sesuai dengan anggaran
yang tersedia.
Susunan direksi
Perusahaan adalah sebagai berikut:
Direktur Utama
: Tn. Kevin Suparno
Direktur
Akuntansi dan Keuangan : Tn. Cecep Mulyadi
Direktur
Pemasaran : Nn. Sandra Gultom
Direktur
Produksi : Tn. Steve Handayana
Manager SDM :
Tn. Syam Nugroho
Sedangkan,
tujuan dilakukannya audit adalah untuk:
1 Menilai
prosedur Pelatihan Karyawan yang dilakukan Perusahaan.
Menilai ekonomisasi, efisiensi dan efektivitas Pelatihan Karyawan yang telah dilaksanakan.
Memberi berbagai saran atas kelemahan dalam pelaksanaan Pelatihan Karyawan yang ditemukan
Menilai ekonomisasi, efisiensi dan efektivitas Pelatihan Karyawan yang telah dilaksanakan.
Memberi berbagai saran atas kelemahan dalam pelaksanaan Pelatihan Karyawan yang ditemukan
BAB II
KESIMPULAN AUDIT DAN REKOMENDASI
Berdasarkan
temuan (bukti) yang kami peroleh selama audit yang kami lakukan, kami dapat
menyimpulkan sebagai berikut:
Kondisi :
1. Mesin
baru yang digunakan perusahaan telah dilengkapi manual penggunaannya, tetapi
untuk memahami manual tersebut dan mampu menggunakannya sesuai dengan standar
manual tersebut perlu dilakukan pelatihan intensif, dengan mempraktikkannya
dilokasi mesin tersebut dioperasikan. Sementara pelatihan yang dilakukan adalah
pelatihan klasikal di kelas untuk memahami petunjuk tersebut. Konfirmasi kepada
manajer SDM diperoleh informasi tidak tersedia cukup dana untuk melanjutkan
pelatihan sampai pada praktik lapangan.
2. Perusahaan tidak memiliki rencana pelatihan
periodik dan menentukan program pelatihan berdasarkan permintaan manajer
lini yang harus terealisasi dalam waktu singkat tanpa melalui suatu
identifikasi untuk menentukan pelatihan apa yang sesungguhnya dibutuhkan
karyawan.
Perusahaan hanya menganggarkan biaya pelatihan sebesar 0,25% selama satu tahun dari laba bersih setelah pajak tahun sebelumnya. Untuk tahun 2008 biaya pelatihan didasarkan pada laba bersih setelah pajak tahun 2007 yang mencapai sebesar 650,75 miliar.
Perusahaan hanya menganggarkan biaya pelatihan sebesar 0,25% selama satu tahun dari laba bersih setelah pajak tahun sebelumnya. Untuk tahun 2008 biaya pelatihan didasarkan pada laba bersih setelah pajak tahun 2007 yang mencapai sebesar 650,75 miliar.
4. Terjadi penurunan produk gagal sebesar 18%
dibanding sebesar 20% pada tahun lalu (penurunan produk gagal hanya 2% saja).
5. Tidak ada penilaian keberhasilan pelatihan
secara formal sehingga tidak ada dokumen atau catatan yang bisa
dipertanggungjawabkan atas penilaian hasil pelatihan yang telah dilakukan.
6. Dari hasil kuesioner yang disebarkan kepada
karyawan yang telah mengikuti pelatihan tahun 2008 diperoleh temuan sebagai
berikut;
a. Sebesar 35% dari peserta menjawab bahwa materi pelatihan sesuai dengan kebutuhannya untuk meningkatkan keterampilan.
b. Sebesar 12,5% peserta menjawab metode pelatihan sesuai dengan materi pelatihan yang diberikan.
c. Hanya sebesar 35% menjawab keterampilannya meningkat setelah mengikuti pelatihan
d. Sebesar 80% peserta menjawab bahwa waktu pelatihan terlalu singkat dan tidak cukup waktu bagi mereka untuk memahami materi yang diberikan dalam pelatihan tersebut
e. Sebanyak 40% kegagalan produk terjadi dalam proses produksi, 35% pada proses pengepakan, dan 25% pada proses penggudangan dari keseluruhan biaya kegagalan produk yang terjadi pada tahun 2008 sebesar Rp 825,25 juta.
f. Pengembalian produk oleh pelanggan yang terjadi selama tahun 2008 sebesar 7,5% dari total penjualan Rp 7,5 triliun.
a. Sebesar 35% dari peserta menjawab bahwa materi pelatihan sesuai dengan kebutuhannya untuk meningkatkan keterampilan.
b. Sebesar 12,5% peserta menjawab metode pelatihan sesuai dengan materi pelatihan yang diberikan.
c. Hanya sebesar 35% menjawab keterampilannya meningkat setelah mengikuti pelatihan
d. Sebesar 80% peserta menjawab bahwa waktu pelatihan terlalu singkat dan tidak cukup waktu bagi mereka untuk memahami materi yang diberikan dalam pelatihan tersebut
e. Sebanyak 40% kegagalan produk terjadi dalam proses produksi, 35% pada proses pengepakan, dan 25% pada proses penggudangan dari keseluruhan biaya kegagalan produk yang terjadi pada tahun 2008 sebesar Rp 825,25 juta.
f. Pengembalian produk oleh pelanggan yang terjadi selama tahun 2008 sebesar 7,5% dari total penjualan Rp 7,5 triliun.
Kriteria:
1.
Tujuan
pelatihan dan pengembangan karyawan harus dirumuskan secara jelas dan
disosialisasikan keseluruh manajer lini. Tujuan pelatihan adalah untuk:
a.
Meningkatkan
keterampilan karyawan.
b.
Menurunkan
kegagalan produk sampai pada tingkat 2,5%.
c.
Menurunkan
pemborosan penggunaan sumber daya.
d.
Menurunkan
kecelakaan kerja karyawan serta meningkatkan motivasi kerja dan kebanggaan karyawan
terhadap pekerjaannya.
2. Rencana pelatihan dan pengembangan karyawan
harus disusun secara periodik bersama dengan penyusunan anggaran perusahaan.
3. Program pelatihan dirumuskan berdasarkan hasil
identifikasi terhadap kebutuhan pelatihan sebelum program ditetapkan.
Identifikasi meliputi:
a.
Penentuan jenis dan bentuk keterampilan yang
dibutuhkan karyawan sehingga mampu berkontribusi maksimal kepada
perusahaan.
b.
Melakukan
penilaian secara periodik untuk mengidentifikasi topik pelatihan yang tepat.
c.
Melakukan
penilaian terhadap pelatihan yang telah dilakukan untuk mendapatkan umpan balik
bagi perbaikan pelatihan berikutnya.
d.
Melakukan
benchmarking pada industri yang sama yang lebih berhasil dalam mengelola program
pelatihan dan pengembangan.
4. Pengelolaan pelatihan karyawan harus didukung
anggaran yang memadai.
5.
Laporan
biaya kualitas harus terdokumentasi untuk menyediakan informasi sebagai umpan
balik dalam meningktkan kualitas proses dan produk yang dihasilkan
Penyebab :
1.
Pelatihan
yang telah dilakukan adalah pelatihan klasikal di kelas untuk memahami
petunjuk (manual), padahal untuk memahami manual tersebut dan mampu
menggunakan sesuai dengan standar manual perlu dilakukan pelatihan intensif
dengan mempraktikkannya dilokasi mesin tersebut dioperasikan.
2. Rencana pelatihan baru dibuat setelah ada bagian
yang membutuhkan pelatihan.
3. Belum tersedia suatu sistem review dan
pelaporan yang terdokumentasi tentang penilaian efektivitas dan efisiensi
pelaksanaan pelatihan.
4. Dana SDM tidak mencukupi untuk melanjutkan
pelatihan karyawan sampai pada praktik lapangan secara intensif terkait dengan
adanya mesin baru.
5.
Kurang
terampilnya karyawan dalam mengoperasikan mesin baru membuat banyak
produk yang tidak sesuai dengan keinginan pelanggan dan akhirnya
mengembalikan produk.
Akibat :
1.
Banyak
karyawan menjadi kurang terampil ketika mengoperasikan mesin baru
perusahaan.
2. Tidak ada dokumen/catatan yang bisa
dipertanggungjawabkan atas penilaian hasil pelatihan yang telah
dilakukan.
3. Tidak diketahui berapa biaya yang dikeluarkan
untuk peningkatan kualitas proses dan produk yang dihasilkan sehingga
tidak ada umpan balik dalam peningkatan kualitas produk.
4. Banyak bahan yang terbuang karena rusak dalam
proses.
5. Banyak tercipta produk yang gagal.
6. Pesanan dari gerai-gerai yang merupakan ujung
tombak penjualan semakin menurun.
7. Terjadi pemborosan biaya produksi sehingga
merugikan perusahaan.
8. Banyak produk dikerjakan ulang karena tidak
sesuai standar.
Rekomendasi :
Hasil audit yag
dilakukan menemukan beberapa kelemahan yang harus menjadi perhatian manajemen
di masa yang akan datang. Kelemahan utama adalah:
1.
Kelemahan
yang terjadi pada prosedur pelatihan karyawan yang belum terencana dengan
baik serta kurang terlatihnya karyawan dalam menggunakan mesin baru
2.
Kelemahan
yang terjadi pada proses pendokumentasian laporan atas hasil pelatihan
karyawan. Atas keseluruhan kelemahan yang terjadi, maka diberikan rekomendasi
sebagai koreksi atau langkah perbaikan yang bisa diambil manajemen untuk
memperbaiki kelemahan tersebut.
Rekomendasi:
1.
Perusahaan
harus membuat program pelatihan karyawan yang dilakukan secara periodik dan
meningkatkan anggaran untuk mendukung pengelolaan pelatihan karyawan
2.
Menurunkan
gaji karyawan yang mencapai 250%
3.
Perusahaan
harus melakukan penilaian terhadap pelatihan karyawan untuk perbaikan dan
melakukan benchmarking pada industri sejenis yang lebih berhasil dalam
mengelola program pelatihan karyawan
4.
Perusahaan
harus mendokumentasikan laporan biaya kualitas untuk menyediakan informasi
sebagai umpan balik dalam meningkatkan kualitas proses dan produk yang dihasilkan.
5.
Pelatihan
intensif dan terjadwal mesti dilakukan oleh karyawan, supaya mengefisienkan
penggunaan sumber daya dalam proses produksi yang gagal.
6.
Memproduksi
sedikit terlebih dahulu sampai karyawan menguasai mesin baru agar tidak terjadi
pemborosan sumber daya. Keputusan untuk melakukan perbaikan atas kelemahan ini
sepenuhnya ada pada manajemen, tetapi jika kelemahan ini tidak segera
diperbaiki kami mengkhawatirkan terjadi akibat yang lebih buruk pada Pelatihan
Karyawan di masa yang akan datang.
BAB III
RUANG LINGKUP
AUDIT
Sesuai dengan
penugasan yang kami terima, audit yang kami lakukan hanya meliputi masalah
Program Pelatihan Karyawan PT. Indojewel untuk periode tahun 2007/2008. Audit
kami mencakup penilaian atas kecukupan sistem pengendalian manajemen Program
Pelatihan Karyawan, personalia yang bertugas dalam program pelatihan karyawan,
dan aktivitas Program Pelatihan Karyawan itu sendiri.
DAFTAR
RINGKASAN TEMUAN AUDIT
Nama Perusahaan
: PT INDOJEWEL
Daftar : Temuan
dan Rekomendasi
Periode Audit :
2007/2008
No.
|
Kondisi
|
Kriteria
Penyebab
|
Akibat
|
Rekomendasi
|
1.
|
Pelatihan
bersifat situasional
|
a)
Tidak
ada rencana pelatihan secara periodik
b)
Pelatihan
disusun berdasar permintaan departemen yang membutuhkan
c)
Waktu
pelatihan terlalu singkat
|
a)
Terjadi
40% kegagalan produksi dilakukan jika ada permintaan departemen
b)
Karyawan
tidak menguasai penggunaan mesin baru
c)
Karyawan
mengeluhatas kurangnya waktu pelatihan
|
a)
Penyusunan
jadwal pelatihan karyawan yang dilakukan setahun sekali atau dua kali
b)
Waktu
pelatihan dilakukan selama ± 1 minggu
c)
Pelatihan
karyawan dilaksanakan dengan jadwal terstruktur dan berdasarkan perencanaan
yang jelas..
|
2.
|
Pelatihan
bersifat klasikal
|
Anggaran
tidak digunakan secara efektiv dan efisien
|
Tidak maksimalnya produksi
Pelatihanhanya
|
a)
Pengiriman
perwakilan karyawan dalam satu kelompok beranggotakan 5-10 orang untuk
mengikuti pelatihan dalam kelas maupun lapangan di pabrik pembuatan mesin
baru
b)
Pemanggilan
tim pelatihan dari pembuat mesin untuk melakukan pelatihan lapangan di
perusahaan
c)
Pemilihan
karyawan yang dilatih dilakukan secara acak dan independen
d)
Perusahaan
meimilih tim trainer yang sekaligus memberikan sesi training motivation pada
sesi sesi tertentu
e)
Tim
trainer memberikan sesi outbond untuk meningkatkan kerjasama antar karyawan
|
3.
|
Penurunan produk gagal menjadi18%
|
Menurunkan tingkat
kegagalan sampai
2,5%
|
Karyawan tidak memahami secara
keseluruhan pengoperasian mesin baru
|
Rekomendasi auditor sama dengan
angka (2)
|
4.
|
Tidak ada dokumen atas hasil
penilaian atas hasil pelatihan
|
a)
Tidak
ada aturan yang menetapkan perlunya laporan hasil pelatihan karyawan
b)
Manajemen
tidak meminta laporan.
|
a)
Manjemen
tidak mempunyai arsip hasil pelatihan karyai laianatas hasil pelatihan wan
b)
Manajemen
tidak dapat mengetahui perkembangan karyawan setelah pelatihan
|
a)
Tim
panitia pelatihan karyawan membuat laporan hasil pelatihan
b)
Manajemen
meminta dokumentasi atas pelatihan karyawan pada tim trainer
c)
Manejemen
membuat aturan tim panitia trainer
maupun tim trainer untuk memberikan laporan hasil pelatihan serta laporan
perkembangan sebelum dan sesudah pelatihan yang dilakukan karyawan
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar