CRITICAL REVIEW
Judul
|
A
Universal Code of Ethics for Professional Accountants: Religious Restrictions
|
Penulis
|
Marcela
Espinosa-Pike, dan Ittaso Barrainkua
|
Publikasi
|
China-USA
Business Review, March 201, Vol. 13, No. 3, Page: 165-11
|
Reviewer
|
Ampe
Daryanti (10800113162) / Akuntansi
|
CRITICAL
Berikut
ini merupakan kritik dan apresiasi saya dalam mereview jurnal yang berjudulkan
“A Universal Code of Ethics for Professional Accountants: Religious
Restrictions” :
A.
Judul dan keseluruhan
isi dari penelitian ini cukup menarik, hal ini dikarenakan penulis mengangkat
isu-isu yang masih sangat ramai diperbincangkan hingga saat ini yaitu isu
terkait dengan etika seorang akuntan, bahwa masih maraknya terakhir hingga saat
ini masih banyak sekali pelanggaran-pelanggaran yang terjadi didalam dunia
akuntansi. Hal tersebut juga dapat dipertegas oleh O’Leary dan
Cotter (2000) yang mengungkapkan bahwa etika juga merupakan isu yang akan
selalu berada pada garis depan untuk dibahas dalam setiap diskusi yang
berkaitan dengan profesionalisme dalam dunia akuntansi. Selain itu, masih
minimnya beberapa literature yang belum mengamati pengaruh agama terhadap
sebuah keputusan pengadopsian kode etik dan pengembangan atas kode tersebut
membuat saya turut mengapresiasi kesungguhan penulis dalam mengkaji penelitian
ini. *O’Leary, C., & Cotter., D. 2002. “The Etics Of Final Year Accountancy
Students: An International Comparison”. Manajerial Auditing Journal
B.
Secara menyeluruh
penggunaan bahasa dan kalimat di penelitian ini cukup jelas dan mudah untuk
dipahami.
C.
Agama-agama besar dunia memiliki moral yang ajaran dan dalam
berbagai cara menunjukkan ketidaksetujuan terhadap tindakan tidak etis.
Kebanyakan mereka mengajarkan bahwa Allah Maha Tahu mengamati tindakan manusia
dan meminta tanggungjawab atas tindakan mereka. Oleh karena itu, adalah logis
untuk mengasumsikan bahwa penganut suatu agama akan kurang toleran terhadap
perilaku tidak etis. Disamping melihat bahwa dalam penelitian ini menghasilkan
hubungan yang positif antara agama dan perilaku etis, penelitian empiris
lainnya telah gagal untuk menemukan hubungan kuat positif antara keyakinan
agama dan sikap etis. Agle dan Van Buren (1999) mensurvei
233 mahasiswa MBA dan 68 siswa Executive MBA dan menemukan bahwa terdapat
hubungan yang lemah dan ketidakkonsistenan antara kualitas agama dan sikap yang
menguntungkan terhadap tanggung jawab sosial perusahaan.
Selain itu,
Brammer et al (2006) bekerja dari sampel lebih dari 17.000 orang dari lebih
dari 20 negara dan mewakili beberapa agama besar dunia menemukan bahwa tidak
preferensi umum mencolok untuk Model yang lebih luas dari tanggung jawab sosial
perusahaan di antara mereka mengekspresikan afiliasi agama dibandingkan mereka
tanpa afiliasi tersebut. Lalu dalam percobaan, Bloodgood et al (2007)
menemukan bahwa siswa sekolah bisnis yang sering menghadiri ibadah jasa
cenderung menipu daripada siswa yang hadir jarang. Kemudian dalam sebuah
penelitian menggunakan data dari lebih dari 63.000 orang dari 44 negara,
Parboteeah et al (2007) menemukan bahwa pengetahuan agama tidak
berpengaruh pada kemauan untuk membenarkan perilaku etis dipertanyakan,
komitmen untuk agama dan praktek agama tidak membuat orang kurang bersedia
untuk membenarkan perilaku tersebut. Melihat
adanya kontradiktif atas hasil penelitian diatas, maka saya condong untuk
mempercayai dan mendukung bahwa terhadap hubungan positif antara religiusitas
dan perilaku etis. Hal ini dikarenakan mengingat bahwa setiap manusia memiliki
keyakinannya atas kepercayaannya pastilah secara tidak langsung hal itu mempengaruhi
setiap perilakunya. Sebagaimana yang juga dikatakan oleh Ludigdi dan Kamayanti
(2012) dengan adanya konsep ketuhanan, manusia sadar akan peran dan hubungannya
dengan Tuhan maka tindakan etispun tidak dapat terjadi. Selain itu, dukungan
ini juga diperkuat oleh penelitian Parboteeah dan Cullen (2007) yang dilakukan dengan total
sampel termasuk tanggapan dari 3111 profesional bisnis, dari setiap dari enam belas sketsa berbagai dilema etika yang diberikan
hasil penelitian tersebut menemukan bahwa agama berpengaruh signifikan terhadap
sikap etis individu.
*Agle R. Bradley and Buren Van. J. Harry. 1999. God and Mammon: The
Modern Relationship. Business Ethics Quarterly. Vol 9, page: 563-82.
*Bloodgood M. James, Turnley H. William and Mudrack Peter. 2007. The
Influence of Ethics Instruction, Religiosity, and Intelligence on Cheating
Behavior. Journal of Business Ethics Vol. 82, page: 557-71.
*Brammer J. Stephen, Williams A. Geoffrey and Zinkin John. 2006. Religion
and Attitudes to Corporate Social Responsibility in a Large Cross-Country
Sample. Journal of Business Ethics Vol. 71, page: 235.
*Emerson LN
Tisha and Mckinney A. Joseph. 2010. Importance of Religious Beliefs to Ethical
Attitudes in Business. Journal of Religion and Business Ethics. Volume
1, Edisi 2.
*Ludigdo Unti dan Kamayanti Ari. 2012. Pancasila as Accountants Ethics
Imperialism Liberator. Vol.2, hal:159-168.
*Parboteeah Praveen K, Hoegl Martin and Cullen B John. 2007. Ethics and
Religion: An Empirical Test of a Multidimensional Model. Journal of Business
Ethics Vol. 80, page: 387-98.
D.
Ditinjau dari metodologi
penelitian yang dilakukan oleh penulis, dimana data-data yang diperoleh
memiliki tenggang waktu rehat yang terbilang cukup lama, mengingat bahwa IFAC
terus berkembang dan mengalami penambahan pengadopsi kode etik dan penambahan
anggota maka hal ini mengakibatkan adanya kemungkinan ketidakakuratan data yang
diperoleh sebulumnya dan yang telah direvisi.
E.
Kepustakaan yang
digunakan oleh peneliti terbilang cukup relavan dan jelas, hanya saja paper
yang dijadikan referensi oleh peneliti terbilang sudah lama tahun terbitnya dan
tidak update. Oleh karenanya, diharapkan dalam penelitian selanjutnya penulis
dapat menambahkan referensi yang lebih up to date
Tidak ada komentar:
Posting Komentar