Minggu, 23 Juli 2017

Kesan Perdana KKN di Desa Tellumpanuae, Mallawa.



 Hari Pertama 23 Maret 2017-03-23...
Pukul  dua kami tiba di kecamatan Mallawa, sebelum kami diarahkan menuju ke desa tempat dimana kami akan mengabdi, kami terlebih dahulu disambut oleh ketua camat setempat di kantornya. Sebuah perjuangan yang cukup menyenangkan dan menegangkan mungkin yang kami (mungkin tidak semua) alami selama diperjalanan. Menyenangkan, karena ini merupakan daerah yang baru kami datangi, disamping mata kami dimanjakan dengan hijaunya pepohonan dan berbagai macam bunga menghiasi pekarangan rumah penduduk disepanjang jalan, udaranyapun cukup menyejukkan paru-paru yang selama ini terlalu sering dimanjakan dengan polusi kendaraan bermotor di perkotaan. Menegangkan, karena jalan jalan yang kami lewati sangat curam dan berkelok. Meskipun demikian, kami cukup menikmati perjalanan ini. Lanjut cerita, setelah pak camat menyambut kami, beliau lalu memperkenalkan kepala desa dari masing-masing desa  setempat. Sebenarnya, sebelum perkenalan dilakukakan, kami mendapati kejadian  yang cukup unik. Singkat cerita, saya dan teman seposko kebetulan berbarengan duduknya di kursi depan, saat kedatangan kami, pak camat dan jajarannya juga telah melepaskan mahasiswa kkn dari universitas fajar, jadi bisa dibilang beliau dan kedes lainnya masih dalam suasana sedih ketika harus melepas mahasiswa kkn tersebut. Saat itu salah satu ibu desa didepan kami manangis, kami memakluminya karena memang kebersamaan beliau dan mahasiswa unifa memang susah untuk dilupakan apalagi mereka telah bersama beliau untuk waktu satu setengah bulan lamanya. Lanjut cerita ternyata ibu tadi adalah kades di desa yang akan kami tempati, dan yang tidak kami duganya ibu kades duduk berada tepat dihadapan kami saat itu. Sungguh pengalaman yang unik yang pernah saya alami. Masih teringat jelas dibenak saya, bagaimana pandangan teman-teman posko lain memperhatikan kami ketika berjabat dengan beliau. Saat itu, yang menggambarkan perasaan saya adalah perasaan terharu sekaligus senang bisa menjadi anak asuhan ibu desa.   
Saat tiba di rumah ibu desa, kami disambut dengan ramah oleh anggota  keluarga beliau. Fatimah adalah  salah satu nama anak beliau, saat ini ia sudah kelas 6, kemudian adiknya lagi bernama Kurnia dan masih kelas dua SD. Cukup mudah untuk dapat bersahabat dengan adik adik tadi, selain periang, mereka juga bukan termasuk tipikal anak anak yang pemalu. Jujur, saya sangat takjub dengan Fatimah. Kami bertemu Fatimah saat ia pulang les, awalnya saya berasumsi bahwa Fatimah sama saja seperti anak perempuan pada umumnya yang masih suka bermain dan sebagainya, namun ketika bertemu langsung pandangan saya berubah terhadapnya. Ia termasuk anak yang sopan, saat itu, saya dan anggota lain sedang di teras berbincang-bincang dengan adiknya, kemudian dia dengan sopannya langsung duduk disamping adiknya. Dari situ saya mulai menyukai sosok adik Fatimah,..karena biasa yang saya alami, bahwa ketika saya berkunjung rumah-rumah, umumnya anak-anak ketika melihat orang baru mungkin hanya membalas dengan senyuman saja kemudian berlalu dengan sendirinya. Namun tidak dengan adik Fatimah. Saya harap kesan prtama ini hanyalah satu dari sekian ribu kesan-kesan indah lainnya yang mungkin akan saya alami selama mengabdi di desa dengan tiga dusun ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Danau Tanralili ( Surga Di Kaki Gunung Bawakaraeng)

Sumb er: Dokum entasi Pribadi M e nd e ngar kata Gunung Bawakara e ng s e kilas akan t e rlintas angan t e ntang k e tinggian dan huta...