Hari Pertama 23 Maret
2017-03-23...
Pukul dua kami tiba di
kecamatan Mallawa, sebelum kami diarahkan menuju ke desa tempat dimana kami
akan mengabdi, kami terlebih dahulu disambut oleh ketua camat setempat di
kantornya. Sebuah perjuangan yang cukup menyenangkan dan menegangkan mungkin
yang kami (mungkin tidak semua) alami selama diperjalanan. Menyenangkan, karena
ini merupakan daerah yang baru kami datangi, disamping mata kami dimanjakan
dengan hijaunya pepohonan dan berbagai macam bunga menghiasi pekarangan rumah
penduduk disepanjang jalan, udaranyapun cukup menyejukkan paru-paru yang selama
ini terlalu sering dimanjakan dengan polusi kendaraan bermotor di perkotaan.
Menegangkan, karena jalan jalan yang kami lewati sangat curam dan berkelok.
Meskipun demikian, kami cukup menikmati perjalanan ini. Lanjut cerita, setelah
pak camat menyambut kami, beliau lalu memperkenalkan kepala desa dari
masing-masing desa setempat. Sebenarnya,
sebelum perkenalan dilakukakan, kami mendapati kejadian yang cukup unik. Singkat cerita, saya dan
teman seposko kebetulan berbarengan duduknya di kursi depan, saat kedatangan
kami, pak camat dan jajarannya juga telah melepaskan mahasiswa kkn dari
universitas fajar, jadi bisa dibilang beliau dan kedes lainnya masih dalam
suasana sedih ketika harus melepas mahasiswa kkn tersebut. Saat itu salah satu
ibu desa didepan kami manangis, kami memakluminya karena memang kebersamaan
beliau dan mahasiswa unifa memang susah untuk dilupakan apalagi mereka telah
bersama beliau untuk waktu satu setengah bulan lamanya. Lanjut cerita ternyata
ibu tadi adalah kades di desa yang akan kami tempati, dan yang tidak kami
duganya ibu kades duduk berada tepat dihadapan kami saat itu. Sungguh pengalaman
yang unik yang pernah saya alami. Masih teringat jelas dibenak saya, bagaimana
pandangan teman-teman posko lain memperhatikan kami ketika berjabat dengan
beliau. Saat itu, yang menggambarkan perasaan saya adalah perasaan terharu
sekaligus senang bisa menjadi anak asuhan ibu desa.
Saat tiba di rumah ibu desa, kami disambut dengan ramah oleh
anggota keluarga beliau. Fatimah
adalah salah satu nama anak beliau, saat
ini ia sudah kelas 6, kemudian adiknya lagi bernama Kurnia dan masih kelas dua
SD. Cukup mudah untuk dapat bersahabat dengan adik adik tadi, selain periang,
mereka juga bukan termasuk tipikal anak anak yang pemalu. Jujur, saya sangat
takjub dengan Fatimah. Kami bertemu Fatimah saat ia pulang les, awalnya saya
berasumsi bahwa Fatimah sama saja seperti anak perempuan pada umumnya yang
masih suka bermain dan sebagainya, namun ketika bertemu langsung pandangan saya
berubah terhadapnya. Ia termasuk anak yang sopan, saat itu, saya dan anggota
lain sedang di teras berbincang-bincang dengan adiknya, kemudian dia dengan
sopannya langsung duduk disamping adiknya. Dari situ saya mulai menyukai sosok
adik Fatimah,..karena biasa yang saya alami, bahwa ketika saya berkunjung
rumah-rumah, umumnya anak-anak ketika melihat orang baru mungkin hanya membalas
dengan senyuman saja kemudian berlalu dengan sendirinya. Namun tidak dengan
adik Fatimah. Saya harap kesan prtama ini hanyalah satu dari sekian ribu kesan-kesan
indah lainnya yang mungkin akan saya alami selama mengabdi di desa dengan tiga
dusun ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar