A.
Latar Belakang
Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif. Ini
berarti proses pengerjaaan matematika harus bersifat deduktif. Matematika tidak
menerima generalisasi berdasarkan pengamatan (induktif), tetapi harus
berdasarkan pembuktian deduktif. Meskipun demikian untuk membantu pemikiran,
pada tahap permulaan seringkali kita memerlukan bantuan contoh-contoh khusus
atau ilustrasi geometris. Perlu pula diketahui bahwa baik isi maupun metode
mencari kebenaran dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan alam,
apalagi dengan ilmu pengetahuan umumnya. Metode mencari kebenaran yang dipakai
oleh matematika adalah ilmu deduktif, sedangkan oleh ilmu pengetahuan alam
adalah induktif/eksperimen. Namun dalam matematika, mencari kebenaran itu bisa
dimulai dengan cara induktif, tetapi selanjutnya generalisasi yang benar untuk
sebuah keadaan harus bisa dibuktikan secara deduktif. Dalam matematika, suatu
generalisasi, sifat, teori atau dalil itu belum dapat diterima kebenarannya
sebelum dapat dibuktikan secara deduktif.
Matematika
mempunyai bahasa dan aturan yang terdefinisi dengan baik, penalaran yang jelas
dan sistematik, dan struktur yang sangat kuat. Dengan berbagai keunggulan ini,
matematika digunakan sebagai suatu cara pendekatan dalam mempelajari ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan dalam menyelesaikan masalah yang rumit.
Matematika juga merupakan suatu alat bantu yang digunakan oleh para pakar dalam
berbagai bidang disiplin ilmu. Dengan matematika, suatu masalah nyata dapat
dilihat dalam suatu model yang strukturnya jelas, tepat, dan bentuknya kompak
(singkat dan padat). Penalaran matematika adalah salah satu proses berpikir
yang dilakukan dengan cara menarik suatu kesimpulan (Nurahman: 2011). Penalaran
matematika merupakan hal yang sangat penting untuk mengetahui dan mengerjakan
permmasalahan matematika.
Dalam dunia
matematika diperlukan penalaran matematika seseorang guna memecahkan
permasalahan yang dihadapi. Karena dalam penalaran terdapat tahapan yang logis
serta sistematis jalannya proses berpikir. Proses berpikir yang diharapkan
yaitu proses berpikir matematis. Proses berpikir matematis sendiri adalah suatu
kejadian yang dialami seseorang ketika menerima respon sehingga menghasilkan
kemampuan untuk menghubung-hubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lainnya secara
matematis untuk memecahkan/menjawab suatu persoalan atau permasalahan sehingga
menghasilkan ide gagasan, pemecahan/jawaban yang logis.
B.
Pengertian
Penalaran
Istilah
penalaran merupakan terjemahan dari kata reasoning
yang artinya jalan pikiran seseorang. Penalaran merupakan tahapan berpikir
matematik tingkat tinggi, mencakup kapasitas untuk berpikir secara logis dan
sistematis.“Kemampuan bernalar
memungkinkan peserta didik untuk dapat memecahkan permasalahan dalam
kehidupannya, di dalam dan di luar sekolah” (Yaniawati:2010).
Penalaran yaitu proses berfikir yang bertolak dari pengamatan indera atau
observasi empirik yang menghasilkan sejumlah pengertian dan proposisi
sekaligus. Penalaran erat kaitannya dengan penyimpulan, argumen dan bukti.
Penyimpulamn dalam arti yang sebenarnya tidak mencakup aktivitas menemukan
proposisi-proposisi disusun dalam premis., akan tetapi hanya memakai hubungan
proposisi-proposisi dalam premis dan menentukan konklusinya. Jika penalaran itu aktivitas pikiran yang abstrak, maka argumen lambangnya
berbentuk bahasa atau bentuk-bentuk lambing lainnya. Jadi jika kata lambangny
apengertian, kalimat lambangnya proposisi, maka argumen lambangnya penalaran.
Akhirnya yang disebu bukti itu adalah argumen yang berhasil menentukan
kebenaran konklusi premis. Penalaran dibagi menjadi dua jenis yaitu
penalaran induktif dan penalaran deduktif.
Unsur utama dalam pekerjaan matematika adalah
penalaran deduktif, yang bekerja dengan berbagai asumsi, tidak dengan
pengamatan. Selain itu, matematika juga bekerja berdasarkan fakta dan fenomena
yang muncul untuk sampai pada suatu perkiraan tertentu, yang dikenal sebagai
penalaran induktif. Tetapi perkiraan yang diperoleh tidak dapat diterima begitu
saja, harus diyakinkan kebenarannya atau dibuktikan secara deduktif dengan
argument yang konsisten dan meyakinkan. Pekerjaan dalam matematika memerlukan
kedua penalaran ini, baik induktif maupun deduktif.
Ciri-ciri Penalaran :
1.
Adanya suatu pola
berpikir yang secara luas dapat disebut logika (penalaran merupakan suatu proses
berpikir logis).
2.
Sifat analitik dari
proses berpikir. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir
berdasarkan langkah-langkah tertentu. Perasaan intuisi merupakan cara berpikir
secara analitik.
Selanjutnya berdasarkan NCTM (Yaniawati: 2009)
bahwa indikator penalaran matematika yaitu:
1.
Membuat dan menguji konjektur
2.
Merumuskan yang bukan contoh
3.
Mengikuti argument yang logis
4.
Mempertimbangkan validitas dari argument yang
valid
5.
Mengontruksi argument yang valid
6.
Mengontruksi bukti-bukti untuk pernyataan
matematik, termasuk bukti tidak langsung dan bukti dengan induksi matematik.
C.
Jenis-jenis
Penalaran
Secara umum,
terdapat dua model penalaran matematika, yakni penalaran induktif dan penalaran
deduktif.
1.
Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif dikembangkan
oleh Aristoteles, Thales, Pythagoras, dan para filsuf Yunani lainnya dari
Periode Klasik (600-300 SM.). Aristoteles, misalnya, menceritakan bagaimana
Thales menggunakan kecakapannya untuk mendeduksikan bahwa musim panen zaitun
pada musim berikutnya akan sangat berlimpah. Karena itu ia membeli semua alat
penggiling zaitun dan memperoleh keuntungan besar ketika panen zaitun yang
melimpah itu benar-benar terjadi.
Penalaran deduktif adalah penalaran dari suatu fakta yang umum ke
fakta yang spesifik. Dengan kata lain, penalaran deduktif
mencapai suatu kesimpulan spesifik berdasarkan suatu hal yang umum.Penalaran deduktif biasa digunakan untuk membuktikan suatu pernyataan baik
berupa teorema matematika, argumen legal, atau teori saintifik.
Penalaran deduktif membawa pada suatu pernyataan
yang benar, diberikan premis‐premis bernilai benar. Penalaran deduktif tergantung pada premisnya. Artinya, premis yang salah
mungkin akan membawa kita kepada hasil yang salah, dan premis yang tidak tepat
juga akan menghasilkan kesimpulan yang tidak tepat. Selain itu, Penalaran deduktif memberlakukan prinsip-prinsip umum untuk mencapai
kesimpulan-kesimpulan yang spesifik, sementara penalaran induktif menguji
informasi yang spesifik, yang mungkin berupa banyak potongan informasi yang
spesifik, untuk menarik suatu kesimpulan umu. Dengan memikirakan fenomena
bagaimana apel jatuh dan bagaimana planet-planet bergerak, Isaac
Newtonmenyimpulkan teori daya tarik. Pada abad ke-19, Adams dan LeVerrier
menerapkan teori Newton (prinsip umum) untuk mendeduksikan keberadaan, massa,
posisi, dan orbit Neptunus (kesimpulan-kesimpulan khusus) tentang gangguan
(perturbasi) dalam orbit Uranus yang diamati (data spesifik).
Menurut
Suherman (2001) bahwa matematika dikenal sebagai ilmu deduktif. Ini berarti
proses pengerjaan matematik harus bersifat deduktif. Matematika tidak menerima
generalisasi berdasarkan pengamatan (induktif), tetapi harus berdasarkan
pembuktian deduktif. Meskipun demikian untuk membantu pemikiran, pada
tahap-tahap permulaan seringkali kita memerlukan bantuan contoh-contoh khusus
atau ilustrasi geometris.
Menurut Matlin (2009) bahwa penalaran deduktif berarti
membuat beberapa kesimpulan
logis berdasarkan informasi yang diberikan. Salah satu jenis penalaran deduktif adalah penalaran kondisional. Masalah
penalaran kondisional (penalaran proposisional) menginformasikan kepada kita
mengenai keterkaitan antara dua kondisi. Berikut adalah contoh tugas penalaran
kondisional.
Jika bulan bersinar, saya
dapat melihat tanpa lampu senter
Saya tidak dapat melihat tanpa lampu senter
Jadi, bulan tidak bersinar.
Berikut contoh
pembuktian yang berdasarkan penalaran deduktif,
Buktikan bahwa jumlah dua buah bilangan ganjil
adalah bilangan genap
Andaikan m dan n adalah sembarang dua bilangan
bulat, maka 2m+1 dan 2n+1 tentunya masing-masing merupakan bilangan ganjil.
Jika kita jumlahkan:
(2m+1)+(2n+1) = 2(m+n+1)
Karena m dan n bilangan bulat, maka (m + n + 1)
bilangan bulat, sehingga 2(m + n + 1) adalah bilangan genap. Jadi jumlah dua buah
bilangan ganjil selalu genap.
Menurut uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
penalaran deduktif yaitu pernalaran yang mengambil kesimpulan berdasarkan hal
yang umum, yang telah dibuktikan terlebih dahulu.
Contoh klasik dari
penalaran deduktif, yang diberikan oleh Aristoteles, ialah
Semua manusia fana (pasti akan mati). (premis mayor)
Sokrates adalah manusia. (premis minor)
Sokrates pasti (akan) mati. (kesimpulan)
contoh lain:
Premis 1 : Setiap
mamalia punya sebuah jantung
Premis 2 : Semua kuda
adalah mamalia
Konklusi : Setiap kuda
punya sebuah jantung
Pembuktian melalui deduksi adalah sebuah jalan
pemikiran yang menggunakan argumen-argumen deduktif untuk beralih dari
premis-premis yang ada, yang dianggap benar, kepada kesimpulan-kesimpulan, yang
mestinya benar apabila premis-premisnya benar. Pembuktian yang menggunakan
penalaran deduktif biasanya menggunakan kalimat implikatif yang berupa
pernyataan jika …, maka …. Kemudian, dikembangkan dengan menggunakan pola pikir
yang disebut silogisme, yaitu sebuah argumen yang terdiri atas tiga bagian. Di
dalamnya terdapat dua pernyataan yang benar (premis) yang menjadi dasar dari
argument itu, dan sebuah kesimpulan (konklusi) dari argument tersebut. Di dalam
logika, sebagai cabang (inti) matematika yang banyak membahas tentang silogisme
terdapat beberapa aturan yang menyatakan apakah silogisme itu valid (sahih)
atau tidak.
Untuk pembahasan deduktif secara terinci
seperti yang dipahami dalam filsafat, lihat Logika. Untuk pembahasan teknis
tentang deduksi seperti yang dipahami dalam matematika, lihat logika
matematika.Penalaran deduktif seringkali dikontraskan dengan penalaran
induktif, yang menggunakan sejumlah besar contoh partikulir lalu mengambil
kesimpulan umum. Penalaran deduktif memberlakukan prinsip-prinsip umum untuk
mencapai kesimpulan-kesimpulan yang spesifik, sementara penalaran induktif
menguji informasi yang spesifik, yang mungkin berupa banyak potongan informasi
yang spesifik, untuk menarik suatu kesimpulan umu. Dengan memikirakan fenomena
bagaimana apel jatuh dan bagaimana planet-planet bergerak, Isaac Newton
menyimpulkan teori daya tarik. Pada abad ke-19, Adams dan LeVerrier menerapkan
teori Newton (prinsip umum) untuk mendeduksikan keberadaan, massa, posisi, dan
orbit Neptunus (kesimpulan-kesimpulan khusus) tentang gangguan (perturbasi)
dalam orbit Uranus yang diamati (data spesifik).
2. Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah suatu proses mencapai kesimpulan umum berdasarkan dari observasi. Penalaran
induktif adalah tipe penalaran yang berawal dari sekumpulan contoh fakta
spesifik menuju kesimpulan umum. Penalaran ini menggunakan premis
dari objek yang diuji untuk menghasilkan kesimpulan tentang objek
yang belum diuji. Contoh argumen induktif:
Premis 1 : Kuda Sumba punya sebuah jantung
Premis 2 : Kuda Australia punya sebuah jantung
Premis 3 : Kuda Amerika punya sebuah jantung
Premis 4 : Kuda Inggris punya sebuah jantung
Konklusi : Setiap kuda punya sebuah jantung
Pembuktian induktif, terkadang disebut logika
induktif, adalah proses pembuktian dimana suatu argumen diduga mendukung
kesimpulan tapi tidak bersinambungan dengannya; contoh: mereka tidak menjamin
kebenaran itu. Induksi adalah bentuk pembuktian yang membuat generalisasi
berdasarkan pendapat sesorang. Digunakan untuk menjelaskan properti atau relasi
tipe berdasarkan sebuah observasi (contohnya, pada jumlah observasi atau
pengalaman); atau untuk membuat hukum berdasarkan observasi terbatas dalam
mempelajari alur fenomena. induksi ditetapkan, contohnya, dalam menggunakan
preposisi spesifik seperti:
Es ini dingin. (atau: Semua es yang pernah
kusentuh dingin.)
Bola biliar bergerak ketika didorong tongkat.
(atau: Dari seratus bola biliar yang didorong tongkat, semuanya bergerak.)
untuk membedakan preposisi umum seperti:
Semua es dingin.
Semua bola biliar bergerak ketika didorong
tongkat.
Contoh lainnya adalah: 3+5=8 dan delapan adalah
angka genap. Sebuah angka ganjil yang ditambahkan dengan angka ganjil lain akan
menghasilkan angka genap.
Perlu
diingat bahwa induksi matematika bukanlah bentuk pembuktian induktif. Induksi
matematika adalah bentuk dari pembuktian deduktif.
Berikut contoh
pembuktian yang berdasarkan penalaran induktif,
Buktikan bahwa
jumlah dua buah bilangan ganjil adalah bilangan genap
+ 1
-3
5 7
1
2
-2
6 8
-3
-2
-6
2 4
5
6
2
10 12
7
8
4
12 14
Dari tabel
penjumlah ini, jelas bahwa setiap dua bilangan ganjil jika dijumlahkan hasilnya
selalu genap. Dalam matematika tidak dibenarkan membuat generalisasi atau
membuktikan dengan cara demikian. Walaupun anda menunjukkan sifat itu dengan
mengambil beberapa contoh yang lebih banyak lagi, tetap kita tidak dibenarkan
membuat generalisasi yang mengatakan bahwa jumlah dua bilangan ganjil adalah
genap, sebelumnya kita membuktikannya secara deduktif.
Setelah kita
menelaah contoh pembuktian secara induktif di atas telah terjadi proses
berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan suatu fakta atau konsep khusus yang
sudah diketahuikepada suatu kesimpulan yang bersifat umum. Berdasarkan contoh
di atas dapat disimpulkan bahwa penalara induktif adalah proses berpikir untuk
menarik suatu kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru yang bersifat umum
berdasarkan pada beberapa pernyataan khusus yang diketahui benar.
3.
Kelebihan dan Kekurangan Pembuktian Induktif
dan Deduktif
Pada proses induksi atau penalaran induktif
akan didapatkan suatu pernyataan baru yang bersifat umum (general) yang
melebihi kasus- kasus khususnya (knowledge expanding), dan inilah yang
diidentifikasi sebagai suatu kelebihan dari induksi jika dibandingkan dengan
deduksi. Hal ini pulalah yang menjadi kelemahan deduksi. Pada penalaran
deduktif, kesimpulannya tidak pernah melebihi premisnya. Inilah yang dianggap
menjadi kekurangan pembuktian deduksi.
Perbedaan penalaran
induktif dan penalaran deduktif :
Alternatif dari
penalaran deduktif adalah penalaran induktif. Perbedaan dasar di antara
keduanya dapat disimpulkan dari dinamika deduktif tengan progresi secara logis
dari bukti-bukti umum kepada kebenaran atau kesimpulan yang khusus; sementara
dengan induksi, dinamika logisnya justru sebaliknya. Penalaran induktif dimulai
dengan pengamatan khusus yang diyakini sebagai model yang menunjukkan suatu
kebenaran atau prinsip yang dianggap dapat berlaku secara umum.
Deduktif
|
Induktif
|
Jika semua premis benar maka kesimpulan pasti
benar
|
Jika premis benar, kesimpulan mungkin benar,
tapi tak pasti benar.
|
Semua informasi atau fakta pada kesimpulan
sudah ada, sekurangnya secara implisit, dalam premis.
|
Kesimpulan memuat informasi yang tak ada,
bahkan secara implisit, dalam premis.
|
Sumber:
Matlin,
Margaret W. (2009). Cognitive Psychology
Seventh Edition International Student Version. Printed In Asia: John Wiley
& Sons, Inc.
Nurahman,
Iman.. (2011). “Pembelajaran Kooperatif
Tipe Team-Accelerated Instruction (TAI) Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran
dan Komunikasi Matematika Siswa SMP”. Pasundan
Journal of Mathematics Education Jurnal. 1, (1), 96-130.
Suherman, Erman, dkk.. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: JICA- Universitas Pendidikan Indonesia.
Yaniawati,
R. Poppy. (2010). e-learning Alternatif Pembelajaran Kontemporer.
Bandung: Arfino Raya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar