Rabu, 19 Desember 2018

Berwirausaha Di Bulan Penuh Berkah



Marhaban Ya Ramadhan …  Ramadhan merupakan salah salah satu bulan suci umat muslim yang sangat dinantikan. Betapa tidak, dibulan ini segala amalan dan ibadah yang dilakukan akan dihitung berkali-kali lipat, tidak seperti di bulan-bulan biasanya. Disamping itu, bukan hanya amalan saja yang berlimpah, datangnya bulan ini juga mendatangkan rezeki yang berlimpah bagi para pedagang makanan dan minuman, tak terkecuali bagi para penjual takjil dadakan seperti kami. Tak terlintas dibenak kami akan menjadi seorang wirausahawan muda dalam waktu sesingkat ini. Berawal dari tugas akhir semester mata kuliah Kewirausahaan yang diselenggarakan oleh pak dosen, kami mulai untuk membentuk joint venture sederhana dengan memilih anggota kelompok yang kami inginkan. Tentunya, bukan suatu rahasia lagi siapa saja anggota kami itu, ialah Jannah, Susan, Irma, Zahrah dan Ana, sepertinya persahabatan dan kebersamaan kami beberapa tahun terakhir telah membawa banyak keuntungan dalam proses kami mengsukseskan tugas ini.
Permulaan memang jauh lebih sulit dari yang kami bayangkan. Rapat perdana kami dimulai, dengan menentukan apasaja takjil (Istilah takjil biasa diidentikkan dengan makanan buka puasa) yang bisa kami buat. Selain harus mempertimbangkan bahan utama yang harus selalu tersedia dan murah, jenis makanan yang harus kami buatpun disortir lebih banyak agar tidak membosankan dan terkesan pasaran, apalagi di bulan puasa seperti ini takjil yang disediakan dari satu pedagang ke pedagang lainnya biasanya bersifat homogen, contohnya mulai dari bakwan, es kelapa, es teller sampai kue lapispun banyak dijajakan disepanjang jalan untuk para pemburu takjil. Belum selesai disitu, topik pembicaraan kini mulai beralih ke persoalan inti dari tugas ini, yakni anggaran. Berbicara soal anggaran, ini merupakan hal yang sangat sulit, apalagi dengan uang jajan pas-pasan ala anak kos2an seperti kami, telah membuat kami semakin kekurangan dana jika ingin berinvestasi lebih banyak dalam kegiatan ini. Setelah hampir setengah jam lamanya kami bermusyawarah, akhirnya kami memutuskan untuk menginvestasikan uang sebesar Rp. 80k untuk tisp-tiap anggota. Jadi bisa dibilang untuk berwirausaha kami menginvestasikan dana sebesar Rp. 480k dalam sekali berwirausaha.
Setelah anggaran telah fix, tugas kami selanjutnya yakni menentukan bahan utama dari makanan yang akan kami buat. Dengan background kami yang akuntansi, sepertinya kami terlalu mendetail jika berkenaan dengan pengeluaran yang akan kami tanggung. Kami berharap kegiatan ini akan efisien dan ekonomis, dimana harapannya agar kami dapat menghasilkan output yang banyak dengan input yang jauh lebih kecil. Terkesan menuntut, namun yah seperti ini prinsip kami dalam memulai usaha ini. Setidaknya dalam memulai usaha ini, motivasi kami telah terpampang dengan jelas bahwa kami ingin agar kegiatan ini bisa menguntungkan dari segi material. Setelah melalui banyak pertimbangan, akhirnya Tuan Jagung Manis menjadi pilihan untuk bahan utama masakan kami. Ada beberapa alasan mengapa si Jagung Manis menjadi pilihan kami. Pertama, harga Jagung yang relatif jauh lebih murah bila dibandingkan dengan bahan makanan lainnya, apalagi harga Jagung ini biasanya akan semakin murah jika kami membelinya langsung di pasar tradisional. Kedua, produksinya yang berlimpah dan mudah untuk dijumpai dimanapun, dengan kata lain, stoknya tak terbatas sehingga untuk membuat makanan dengan produk serupa kami tidak kewalahan dalam mencari bahan baku utamanya. Dan ketiga, si Jagung bisa diolah menjadi apapun, mulai dari minuman jagung, makanan, kue hingga sayur. Adapun, variasi dari bahan utama ini, akan kami olah menjadi Es Jagung Manis, Risolles Jagung Mayonaise, Bakwan Jagung dan Es Buah. 
Dalam beberapa hari kemudian, dengan berbekal peralatan kos2an, resep makanan dan pinjaman ala kadarnya, akhirnya kami mulai untuk menjalankan rencana kami. Langkah pertama, kami memulai kegiatan ini dengan mengadakan pendelegasian wewenang, dimana ini harus jelas dan sesuai dengan skil dari masing-masing anggota tim. Jadi ada yang bertugas di bagian bahan baku, produksi hingga pemasaran. Namun, ada beberapa hal kami lakukan bersama dan merangkap supaya bisa mengefisienkan waktu dan menambah pengetahuan resep dan memasak. Yah bisa dibilang sambil menyelam minum airpula. Hh.. Oh iya, hampir lupa, nama stan kami waktu itu adalah “Khadijah”, kenapa Khadijah? Karena sebagaimana yang kita tahu, Siti Khadijah adalah seorang pedagang wanita yang sukses dalam berdagang, harapannya agar dengan menggunakan nama nya stan kami bisa tertular virus kesuksesan seperti beliau. Lanjut cerita, kami mulai untuk mengolah bahan baku hingga menjadi produk jadi. Banyak hal-hal lucu yang kami alami selama proses memasak, ada yang bingung harus ngapain, ada yang hangus risolesnya, masing-masing kami berbeda pendapat soal rasa makanan, jadi ke enam anggota harus sepakat dulu rasa yang bagaimana yang akan dipilih (kebayangkan ribetnya, maklum pedagang amatiran), ada yang ukuran risolesnya kecil, besar, kurang banyak, terlalu banyak bahkan ada beberapa bahan makanan yang lupa dimasukkan. Hahaha Oh iya, Jika kalian tertarik untuk mengetahui resep kami, silahkan tinggalkan komentar ya!.
Hari pertama berdagang di dulan puasa Alhamdulillah, lancar dan lumayan.. meskipun belum melebihi target awal, setidaknya ini permulaan yang terbilang bagus untuk memotivasi kami dihari berikutnya.  Di hari kedua, kami mengubah strategi pemasaran, awalnya kami hanya berdiam diri di pinggir jalan dan di dalam stan saja, namun kali ini kami mendatangi dan menawarkan dagangan kami kepada siapapun yang kami jumpai di sepanjang jalan Sungguminasa, entah itu anak-anak, mahasiswa, orangtua, bahkan kepada para pengendara motor yang kebetulan berhenti sesaat di pinggir jalan atau masih berkendara dengan laju yang sangat lambat. Tidak sampai disitu, kami bahkan masuk kedalam barisan pengendara motor yang kebetulan sedang dilanda macet waktu itu. Benar-benar perjuangan yang menguras keringat dan kesabaran. Terhitung mulai dari jam 3 sore kami standbye di lokasi hingga jam 7 malam. Jadi kurang lebih selama empat jam kami berkeliaran menjajakan jualan kami di sekitaran jalan Sungguminasa. Waktu yang terbilang cukup lama namun juga terasa singkat. Hal yang paling dan sangat dirindukan dalam moment berjualan takjil ini adalah situasi dan saat adzan mulai di kumandangkan, SubhanAllah.. tidak ada satu kosa katapun yang menurutku bisa mewakili perasaanku di waktu itu (maaf curhat :D). Okay, lanjut cerita, biasanya  setelah azan, kami menawarkan dagangan kami secara gratis kepada para tukang bentor yang ada disekitar kami. Semoga dinilai ibadah sama yang kuasa. Aamin. 

Menjadi wirausahawan memang sangat menarik, kita belajar membaca peluang, berkreasi belajar menghargai setiap detik yang kami lewati dan bersyukur sebanyak-banyaknya. Kadang untung, kadang juga rugi. Kadang lelah, kadang juga semangat dengan berapi-apinya. Ada saat dimana penjualan kami tidak laris seperti hari biasanya, risoles kami masih banyak tersisa dan es jagungpun masih sangat banyak. Kadang ketika mulai mendekati jam berbuka kami merasa khawatir karena dagangan kami masih banyak yang tersisa. Meskipun sudah berbagi dengan orang sekitar, namun tetap saja takjil ini tidak boleh kami sisakan. Alhasil, kami berenam sepakat untuk menyumbangkan sisa takjil dan keuntungan kami hari itu ke panti asuhan. Dengan dibantu oleh pak bentor dan motor Honda F1 merah milikku, kami mulai mengarungi jalanan menuju Antang untuk mencari rumah panti. Tidak butuh waktu yang lama, mungkin sekitar 6 menit dari kampus sudah bisa tiba di lokasi ini. Sesampainya disana kami disambut dengan hangat oleh pengurus panti. Dan seperti biasa, momen bersejarah harus diabadikan dalam bentuk gambar. :D.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Danau Tanralili ( Surga Di Kaki Gunung Bawakaraeng)

Sumb er: Dokum entasi Pribadi M e nd e ngar kata Gunung Bawakara e ng s e kilas akan t e rlintas angan t e ntang k e tinggian dan huta...