Marhaban Ya Ramadhan … Ramadhan merupakan salah salah satu bulan suci
umat muslim yang sangat dinantikan. Betapa tidak, dibulan ini segala amalan dan
ibadah yang dilakukan akan dihitung berkali-kali lipat, tidak seperti di
bulan-bulan biasanya. Disamping itu, bukan hanya amalan saja yang berlimpah,
datangnya bulan ini juga mendatangkan rezeki yang berlimpah bagi para pedagang
makanan dan minuman, tak terkecuali bagi para penjual takjil dadakan seperti
kami. Tak terlintas dibenak kami akan menjadi seorang wirausahawan muda dalam
waktu sesingkat ini. Berawal dari tugas akhir semester mata kuliah
Kewirausahaan yang diselenggarakan oleh pak dosen, kami mulai untuk membentuk
joint venture sederhana dengan memilih anggota kelompok yang kami inginkan.
Tentunya, bukan suatu rahasia lagi siapa saja anggota kami itu, ialah Jannah,
Susan, Irma, Zahrah dan Ana, sepertinya persahabatan dan kebersamaan kami beberapa
tahun terakhir telah membawa banyak keuntungan dalam proses kami mengsukseskan
tugas ini.
Permulaan memang jauh lebih sulit
dari yang kami bayangkan. Rapat perdana kami dimulai, dengan menentukan apasaja
takjil (Istilah takjil biasa diidentikkan dengan makanan buka puasa) yang bisa
kami buat. Selain harus mempertimbangkan bahan utama yang harus selalu tersedia
dan murah, jenis makanan yang harus kami buatpun disortir lebih banyak agar
tidak membosankan dan terkesan pasaran, apalagi di bulan puasa seperti ini takjil
yang disediakan dari satu pedagang ke pedagang lainnya biasanya bersifat homogen,
contohnya mulai dari bakwan, es kelapa, es teller sampai kue lapispun banyak
dijajakan disepanjang jalan untuk para pemburu takjil. Belum selesai disitu,
topik pembicaraan kini mulai beralih ke persoalan inti dari tugas ini, yakni
anggaran. Berbicara soal anggaran, ini merupakan hal yang sangat sulit, apalagi
dengan uang jajan pas-pasan ala anak kos2an seperti kami, telah membuat kami
semakin kekurangan dana jika ingin berinvestasi lebih banyak dalam kegiatan
ini. Setelah hampir setengah jam lamanya kami bermusyawarah, akhirnya kami
memutuskan untuk menginvestasikan uang sebesar Rp. 80k untuk tisp-tiap anggota.
Jadi bisa dibilang untuk berwirausaha kami menginvestasikan dana sebesar Rp.
480k dalam sekali berwirausaha.
Setelah anggaran telah fix, tugas
kami selanjutnya yakni menentukan bahan utama dari makanan yang akan kami buat.
Dengan background kami yang akuntansi, sepertinya kami terlalu mendetail jika
berkenaan dengan pengeluaran yang akan kami tanggung. Kami berharap kegiatan
ini akan efisien dan ekonomis, dimana harapannya agar kami dapat menghasilkan
output yang banyak dengan input yang jauh lebih kecil. Terkesan menuntut, namun
yah seperti ini prinsip kami dalam memulai usaha ini. Setidaknya dalam memulai
usaha ini, motivasi kami telah terpampang dengan jelas bahwa kami ingin agar
kegiatan ini bisa menguntungkan dari segi material. Setelah melalui banyak
pertimbangan, akhirnya Tuan Jagung Manis menjadi pilihan untuk bahan utama
masakan kami. Ada beberapa alasan mengapa si Jagung Manis menjadi pilihan kami.
Pertama, harga Jagung yang relatif jauh lebih murah bila dibandingkan dengan
bahan makanan lainnya, apalagi harga Jagung ini biasanya akan semakin murah
jika kami membelinya langsung di pasar tradisional. Kedua, produksinya yang
berlimpah dan mudah untuk dijumpai dimanapun, dengan kata lain, stoknya tak
terbatas sehingga untuk membuat makanan dengan produk serupa kami tidak
kewalahan dalam mencari bahan baku utamanya. Dan ketiga, si Jagung bisa diolah
menjadi apapun, mulai dari minuman jagung, makanan, kue hingga sayur. Adapun,
variasi dari bahan utama ini, akan kami olah menjadi Es Jagung Manis, Risolles
Jagung Mayonaise, Bakwan Jagung dan Es Buah.

Hari pertama berdagang di dulan
puasa Alhamdulillah, lancar dan lumayan.. meskipun belum melebihi target awal,
setidaknya ini permulaan yang terbilang bagus untuk memotivasi kami dihari berikutnya. Di hari kedua, kami mengubah strategi pemasaran,
awalnya kami hanya berdiam diri di pinggir jalan dan di dalam stan saja, namun
kali ini kami mendatangi dan menawarkan dagangan kami kepada siapapun yang kami
jumpai di sepanjang jalan Sungguminasa, entah itu anak-anak, mahasiswa,
orangtua, bahkan kepada para pengendara motor yang kebetulan berhenti sesaat di
pinggir jalan atau masih berkendara dengan laju yang sangat lambat. Tidak
sampai disitu, kami bahkan masuk kedalam barisan pengendara motor yang kebetulan
sedang dilanda macet waktu itu. Benar-benar perjuangan yang menguras keringat
dan kesabaran. Terhitung mulai dari jam 3 sore kami standbye di lokasi hingga
jam 7 malam. Jadi kurang lebih selama empat jam kami berkeliaran menjajakan
jualan kami di sekitaran jalan Sungguminasa. Waktu yang terbilang cukup lama
namun juga terasa singkat. Hal yang paling dan sangat dirindukan dalam moment berjualan
takjil ini adalah situasi dan saat adzan mulai di kumandangkan, SubhanAllah..
tidak ada satu kosa katapun yang menurutku bisa mewakili perasaanku di waktu
itu (maaf curhat :D). Okay, lanjut cerita, biasanya setelah azan, kami menawarkan dagangan kami secara
gratis kepada para tukang bentor yang ada disekitar kami. Semoga dinilai ibadah
sama yang kuasa. Aamin.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar