A.
Pengertian Inflasi Menurut Para Ahli
Salah satu indikator ekonomi yang digunakan
untuk melihat/mengukur stabilitas perekonomian suatu negara adalah inflasi.
Perubahan dalam indikator ini akan berdampak terhadap dinamika pertumbuhan
ekonomi. Dalam perspektif ekonomi, inflasi merupakan fenomena moneter dalam
suatu negara dimana naik turunnya inflasi cenderung mengakibatkan terjadinya
gejolak ekonomi. Silvia et al (2013).
Inflasi dapat didefinisikan sebagai proses
kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Kenaikan satu atau
dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas
(atau mengakibatkan kenaikan) kepada barang lain. Tingkat inflasi (presentase
pertambahan kenaikan harga) berbeda dari suatu periode ke periode lainnya, dan
berbeda pula dari satu negara ke negara lain kenaikan harga diakibatkan oleh
banyak faktor. (Utomo;2013)
Veneris dan Sebol dalam Muana Nanga (2001:241)
mendefinisikan inflasi sebagai suatu kecenderungan meningkatnya tingkat harga
umum secara terus-menerus sepanjang waktu. Berdasarkan definisi tersebut,
kenaikkan tingkat harga umum (general price level) yang terjadi sekali waktu
saja, tidaklah dapat dikatakan sebagai inflasi. Dari definisi tersebut ada tiga
hal penting yang ditekankan dari inflasi, yaitu:
1. adanya kecenderungan harga-harga untuk meningkat, yang berarti bisa
saja tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu turun atau naik
dibandingkan dengan sebelumnya, tetapi tetap menunjukan tendensi yang
meningkat.
2. bahwa kenaikkan tingkat harga tersebut berlangsung secara
terus-menerus (sustained),yang berarti bukan hanya terjadi pada satu waktu
saja, akan tetapi bisa beberapa waktu lamanya.
3. bahwa tingkat harga yang dimaksud disini adalah tingkat harga umum,
yang berarti tingkat harga yang mengalami kenaikkan itu bukan hanya pada satu
atau beberapa komoditi saja, akan tetapi untuk harga barang secara umum.
Inflasi merupakan Kecenderungan naiknya harga barang-barang secara umum
dan terjadi secara terus menerus. Kenaikan harga satu atau beberapa barang
tidak dapat dikatakan bahwa terjadi inflasi. Selain itu, apabila kenaikan harga
barang terjadi secara temporer, seperti menjelang hari raya misalnya, maka hal
itu tidak dapat dikatakan sebagai inflasi. Dengan naiknya harga barang-barang
di satu sisi, hal itu mengandung arti terjadinya penurunan nilai uang di sisi
lain.
B.
Jenis-Jenis Inflasi
Inflasi dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis dalam pengelompokan tertentu, antara lain:
1.
Berdasarkan Asalnya, Inflasi digolongkan menjadi dua yaitu :
a.
Inflasi yang berasal dari dalam Negeri ( Domestic Inflation ). yaitu
inflasi yang sepenuhnya disebabkan oleh kesalahan pengelolaan perekonomian baik
di sektor riil ataupun di sektor moneter di dalam negeri oleh para pelaku
ekonomi dan masyarakat.
b.
Inflasi yang berasal dari luar negeri ( Imported Inflation ), yaitu inflasi
yang disebabkan oleh adanya kenaikan harga-harga komoditi di luar negeri (di
negara asing yang memiliki hubungan perdagangan dengan negara yang
bersangkutan). Inflasi ini hanya dapat terjadi pada negara yang menganut sistem
perekonomian terbuka (open economy system). Dan, inflasi ini dapat
‘menular’ baik melalui harga barang-barang impor maupun harga barang-barang
ekspor.
2.
Berdasarkan keparahannya, Inflasi apabila digolongkan berdasarkan tingkat
keparahannya dibedakan menjadi 4, yaitu :
a.
Inflasi Ringan atau inflasi merangkak (creeping inflation), yaitu inflasi
yang lajunya kurang dari 10% per tahun, inflasi seperti ini wajar terjadi pada
negara berkembang yang selalu berada dalam proses pembangunan.
b.
Inflasi Sedang, Inflasi ini memiliki ciri yaitu lajunya berkisar antara 10%
sampai 30% per tahun.Tingkat sedang ini sudah mulai membahayakan kegiatan
ekonomi.Perlu diingat laju inflasi ini secara nyata dapat dilihat garak
kenaikan harga.Pendapatan riil masyarakat terutama masyarakat yang
berpenghasilan tetap seperti buruh ,mulai turun dan kenaikan upah selalu lebih
kecil bila dibandingkan dengan kenaikan harga
c.
Inflasi Berat, yaitu inflasi yang lajunya antara 30% sampai 100%.Kenaikan
harga sudah sulit dikendalikan.Hal ini diperburuk lagi oleh pelaku-palaku
ekonomi yang memanfaatkan keadaan untuk melakukan spekulasi.
d.
Inflasi Liar (hyperinflation ), yaitu inflasi yang lajunya sudah melebihi
dari 100% per tahun. Inflasi ini terjadi bila setiap saat harga-harga terus
berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama
disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali
(Hyperinflastion).
3.
Berdasarkan Penyebabnya Penggolongan inflasi selanjutnya dapat
dibedakan menurut penyebabnya yaitu itu tarikan permintaan dan tarikan desakan
( tekanan ) biaya / produksi / distribusi. Secara singkat sebab yang pertama (
tarikan permintaan ) lebih cenderung dipengaruhi dari peran Negara dalam
kebijakan moneter ( Bank Sentral ), sedangkan sebab yang kedua lebih cenderung
dipengaruhi dari peran Negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini
dipegang oleh Pemerintah misalnya Fiskal, kebijakan pembangunan infrastruktur,
regulasi, dan lainnya.
a. Tarikan permintaan Hal ini terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana
biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi
permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya
volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap
barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor
produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap
faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam
permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full
employment dimanana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume
likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga
disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral
dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai
dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan. secara singkat tarikan permintaan ini terjadi
akibat adanya kenaikan pemintaan Agregat yang terlalu besar atau pesat
dibandingkan dengan penawaran atau produksi Agregat.
b. Desakan biaya Hal terjadi akibat adanya kelangkaan produksi
dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, meskipun permintaan secara
umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya
ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia
dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan
berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi
nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala
distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat
berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik,
perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk
menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll, sehingga memicu
kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama
dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur
memainkan peranan yang sangat penting.
4.
Berdasarkan cakupan pengaruh terhadap harga Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap
harga. Jika kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua
barang tertentu, inflasi itu disebut inflasi tertutup (Closed
Inflation). Namun, apabila kenaikan harga terjadi pada semua barang secara
umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi terbuka (Open
Inflation). Sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga
setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat
menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi
yang tidak terkendali (Hiperinflasi).
C.
Sebab Terjadinya inflasi
Terlepas
dari pengelompokan-pengelompokan sebab
terjadinya inflasi dibawah ini, pada kenyataannya inflasi yang terjadi di suatu negara
sangat jarang (jika tidak boleh dikatakan tidak ada) yang disebabkan oleh satu
macam / jenis inflasi, tetapi acapkali karena kombinasi dari beberapa jenis
inflasi. Hal ini dikarenakan tidak ada faktor-faktor ekonomi maupun
pelaku-pelaku ekonomi yang benar-benar memiliki hubungan yang independen dalam
suatu sistem perekonomian negara. Contoh : imported inflation seringkali
diikuti oleh cost push inflation, domestic inflation diikuti dengan demand
pull inflation, dan sebagainya.
1. Demand Inflation, yaitu inflasi yang timbul karena desakan permintaan masyarakat
akan barang dan jasa begitu kuat. Inflasi ini muncul karena naiknya tingkat
pendapatan masyarakat, sehingga masyarakat cenderung membeli barang dan jasa
lebih banyak dari yang biasa mereka gunakan. Misalnya seseorang yang biasa
mengkonsumsi susu satu gelas sehari, karena pendapatnya meningkat, maka
konsumsi susunya juga meningkat menjadi 3 gelas sehari. Dengan meningkatnya
konsumsi atau pembelian, akan mendorong naiknya harga barang-barang.
2. Cost-push Inflation, yaitu inflasi yang disebabkan karena naiknya biaya produksi.
Misalnya terjadi kenaikan bahan bakar atau tuntutan buruh akan kenaikan upah,
dimana kedua hal itu merupakan bagian dari biaya produksi, maka perusahaan pun
akan menaikkan harga jual barang dan jasanya.
3. Domestic inflation, yaitu inflasi yang berasal atau bersumber dari dalam negeri; Misalnya
pemerintah mengalami defisit anggaran belanja kemudian pemerintah mencetak uang
baru, sehingga jumlah uang beredar bertambah. Keadaan ini akan mendorong
tingkat konsumsi masyarakat, bila penawaran barang tetap, maka hal ini akan
mendorong kenaikan harga barang-barang.
4. Imported inflation, yaitu inflasi yang berasal dari luar negeri. Sebagai contoh adalah
negara kita, dimana negara kita masih banyak mengimpor bahan baku dan barang
modal lainnya. Apabila harga barang-barang yang diimpor itu naik, maka biaya
produksi juga meningkat, yang akhirnya akan menaikkan harga jual barang dan
jasa.
Berikut ini, merupakan sebab sebab lain terjadinya inflasi:
penyebab terjadinya inflasi, yaitu antara lain :
1. Naiknya permintaan
masyarakat terhadap barang dan jasa. Ketika pemerintah menaikkan gaji pegawai
negeri sipil (PNS), biasanya diikuti dengan kenaikan permintaan barang dan
jasa. Bila kenaikan besarnya permintaan ini tidak diimbangi dengan penambahan
volume barang dan jasa di pasar, maka hal ini akan berakibat pada naiknya harga
barang dan jasa. Kenaikan gaji PNS ini pada dasarnya mengidikasikan adanya
kenaikan jumlah uang yang beredar. Jenis inflasi ini disebut demand-pull
inflation
2.
Kenaikan biaya produksi, Pada waktu pemerintah
menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), maka harga barang-barang di pasar
juga akan meningkat. Mengapa? Ka rena kenaikan harga BBM berdampak pada
kenaikan biaya produksi, akibatnya perusahaan juga menaikkan harga jual barang
dan jasanya. Disini terjadi cost-push inflation.
3.
Defisit anggaran belanja (APBN). Defisit APBN
yang ditutup dengan percetakan uang baru oleh Bank Indonesia, akan berakibat
pada bertambahnya jumlah uang beredar, Dimana hal ini akan berdampak pada
kenaikan harga barang dan jasa.
4.
Menurunnya nilai tukar rupiah. Menurunnya nilai
tukar terhadap valuta asing, seperti US dollar, Yen, Deutche Mark, akan
berdampak pada semakin mahalnya barang-barang produksi impor. Hal ini berakibat
pada kenaikan biaya produksi.
D.
Kebijakan Mengatasi Inflasi
Secara umum terdapat dua kebijakan yang dilakukan untuk menekan
laju inflasi diantaranya kebijakan moneter, kebijakan fiscal dan kebijakan non
moneter.
1. Kebijakan Moneter Kebijakan moneter
adalah tindakan atau kebijakan yang diambil oleh penguasa moneter biasanya bank
sentral untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar sehingga akan terjadi
perubahan jumlah uang yang beredar yang pada akhirnya akan mempengaruhi
kegiatan ekonomi masyarakat. Ada beberapa macam kebijakan moneter yaitu :
a.
Politik Diskonto. Politik diskonto
(discount policy) adalah politik bank sentral untuk mempengaruhi peredaran uang
dengan jalan menaikan dan menurunkan tingkat bunga.Dengan menaikan tingkat
bunga diharapkan jumlah uang yang beredar di masyarakat akan berkurang, karena
orang akan lebih banyak menyimpan uangnya di Bank dari pada menjalankan
investasi.Sebaliknya,Bank sentral akan menurunkan suku bunga jika timbul
deflasi (yang akan dibahas lebih dalam pada halaman berikutnya).Dengan
diturunkannya suku bunga diharapkan masyarakat akan menarik uangnya dari bank
karena bunga tidak memadai. Tindakan Bank Sentral selaku otoritas moneter untuk
mengubah tingkat bunga: a. Diskonto naik (tingkat bunga) maka dapat mengubah
kecenderungan masyarakat untuk menahan sejumlah uang yang beredar untuk di
simpan di Bank. b. Diskonto naik, maka
ongkos pinjaman naik. Bila bunga pinjaman semakin besar, maka ada kecenderungan
tertahannya kegiatan yang pembiayaannya berasal dari pinjaman kredit.
b.
Kebijakan Persediaan Kas (cash ratio policy). Bank sentral pada
umumnya menentukan cash ratio yaitu angka perbandingan minimum antara uang
tunai yang dimiliki oleh bank umum dengan jumlah uang giral (cek.giro dan
sebagainya) yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan.
c.
Politik pasar terbuka (Tight Money Policy),Untuk uang yang
beredar, Bank sentral melakukan tindakan untuk menjual surat berharga antara
lainyang disebut Sertifikat Bank Indonesia., Bila Bank sentral membeli
surat-surat berharga dari lembaga keuangan bank, adalah untuk menaikkan
cadangan (reservoir) di bank-bank umum, atau menaikkan likuiditas
2.
Kebijakan Fiskal
a. Pengaturan
Pengeluaran Pemerintah. Pengaturan pengeluaran sangat perlu di lakukan. Dalam hal ini
diharapkan penggunaan anggaran negara agar sesuai dengan perencaan.Kalau
pembelajaan Negara melampui batas yang telah ditentukan akan mendorong
terjadinya pertambahan uang yang beredar begitu juga sebaliknya.
b. Menaikan Tarif Pajak. Saat terjadi
inflasi uang beredar lebih banyak.Jumlah uang beredar tersebut dapat dikurangi
dengan jalan menaikan tariff pajak.Jika tariff pajak dinaikkan uang yang
dibelanjakan oleh masyarakat berkurang.Namun harus diperhatikan agar tidak
terjadi ketimpangan atau ketidakadilan perlu diperhatikan golongan masyarakat
mana yang dinaikkan pajaknya.
c. Mengadakan Pinjaman
Pemerintah. Pemerintah dapat
mngadakan pinjaman pemerintah bauik dengan jalan paksaan ataupun tidak,untuk
mengurangi uang yang beredar di masyarakat.Cara yang paling ampuh dilakukan
untuk menyukseskan kebijakan ini yaitu dengan jalan membekukan simpanan yang
dimiliki oleh masyarakat yang ada di bank.Dapat juga ditempuh dengan jalan
memotong gaji pegawai negeri untuk di tabung.
3.
Kebijakan Non-Moneter
a.
Menaikan Hasil Produksi. Kenaikan hasil
produksi dapat memperkecil laju inflasi.Kenaikan hasil produksi dapat dilakukan
dengan cara kebijakan penurunan bea masuk.Hal ini akan berakibat impor barang
meningkat.Pertambahan jumlah barang di dalam negericenderung menurunkan harga.
b.
Kebijakan Upah. Kebijakan upah adalah tindakan
menstabilkan upah dan gaji dengan cara gaji tidak sering dinaikan.Kenaikan gaji
dan upah akan menimbulkan kenaikan daya beli.Hal ini pada akhirnya menaikan
permintaan terhadap barang-barang secara keseluruhan.Apabila hal ini
terjadi,maka akan menimbulkan inflasi.
Thanks ya, artikel sangat membantu dalam menyelesaikan tugas perkuliahan tentang inflasi dan pengangguran. Kunjungi juga ya MAKALAH INFLASI DAN PENGANGGURAN
BalasHapusIya, senang bisa berbagi ilmu...
Hapus