A.
Pengertian Materialitas
Materialitas adalah dasar untuk penilaian risiko (risk assessments) dan penentu luasnya
proseedur audit.Menentukan materialitas merupakan latihan dalam kearifan profesionalan.Materialitas
didasarkan pada persepsi auditor mengenai kebutuahan iinformasi keuangan secara
menyeluruh dari pemakaian laporan keuangan sebagai satu kelompok. Istilah
materialitas secara menyeluruh (overall
materiality) digunakan dalam buku ( Audit Berbasis ISA) ini merujuk pada
materialitas yang diterapkan dalam laporan keuangan secara keseluruhan. Jika
salah saji dalam laporan keuangan melebihi jumlah yang secara umum diperkirakan
wajar dan dapat memengaruhi keputusan ekonomis pemakai laporan , maka jumlah
tersebut (secara menyeluruh) adalah material.
Overall
Materiality dan Specific Materiality
Materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan didasarkan
pada kearifan professional auditor mengenai jumlah terbesar salah saji dalam
laporan keuangan tanpa memengaruhi keputusan ekonois pemakai laporan
keuangan.Jika umlah salah saji yang tidak dikoreksi, terpisah atau dibungkam,
lebih besar dari overall materiality yang
ditetapkan untuk penugasan tersebut maka laporan keuangan disalahsajikan secara
material.
overall
materialitydidasarkan pada persepsi auditor mengenai kebutuhan informasi
keuangan secara umum dari pemakai laporan keuangan berbagai pemakai sebagai
satu kelompok. Oleh karena itu, dampak salah saji untuk seorang pemakai
tertenti (specific individual users),
yang kebutuhannya bias berbeda, tidak menjadi pertimbangan auditor dalam
menetapkan materialitas secara keseluruhan (overall
materiality).
Sifat Salah
Saji
Situasi yang
terkait ddenga salah saji, dapat menybabkan auditor mengevaluasi salah saji itu
sebagai material sekalipun besarnya (atau angka salah saji) di bawah
materialitas. Contoh,, kasus perbuatan melawan hukum, ketidakpatuhan terhadap
ketentuan dalam perjanjian kredit atau perikatan lainnya, dan ketidak patuhan
terhadap ketentuan statute dan pelaporan yang ditetapkan regulator. Namun,
memang tidak praktis merancang prosedur audit untuk mendeteksi salah saji
semata-mata atas dasar sifat atau nature
dari salah saji tersebut.
Performance
Materiality
Performancemateriality(materialitas yang
digunakan dalam pelaksanaan audit, atau disingkat, “materialitas pelaksanaan”)
digunakan auditor untuk menekan risiko sampai ke titik rendah yang dapat
diterima. Yang ditekan adalah risiko besarnya salah saji melampaui angka
materialitas.Dalam hal ini salah saji yang dimaksid adalah akumulasi ssalah
saji yang tidak dikoreksi entitas dan salah saji yang tidak teridentifikasi
oleh auditor.
Performancematerialitysengaja diterapkan
pada angka atau jumlah yang lebih rendah dari overall atau specific
materiality. Tujuannya adalah melaksanakan lebih banyak pekerjaan audit
untuk:
1.
Memastikan salah saji yang lebih
kecil dari overall materiality atau specific materiality dapat dideteksi; dan
2.
Menyediakan suatu margin atau
penyangga (buffer) untuk salah saji
yang tidak terdeteksi. Penyangga ini adalah selisih antara gabungan seluruh
salah saji yang terdeteksi tetapi tidak dikoreksi dan overall materiality atau specific materiality.
B.
Bagaimana Menetukan Materialitas
Pembahasan barikut ini menjelaskan bagaimana menentukan besarnya overall materiality dan specific materiality, dan cara
menggunakannya.
1.
Overall Materiality Didasarkan
atas persepsi auditor mengenai kebutuhan pemakai laporan keuangan. Auditor
dapat mengasumsikan hal-hal berikut mengenai pemakai laporan keuangan:
a.
Mempunyai pengetahuan yang cukup
mengenai bisnis, kegiatan ekonomis, dan akuntansi.
b.
Mempunyai keinginan untuk
mempelajari informasi dalam laporan kuangan dengan cukup cermat.
c.
Memahami bahwa laporan keuangan
dibuat dan diaudit pada tingkat materialitas (dan mengabaikan yang tidak
material).
d.
Menerima ketidakpastian yang inheren
dalam penggunaan estimasi, judgement,
dan pertimbangan mengenai peristiwa di kemudian hari.
e.
Membuat keputusan ekonomis yang
wajar atas dasar informasi dalam laporan keuangan.
Sebagai langkah awal menentukan angka materialitas, auditor
biasanya mrnggunakan suatu acuan, ambang batas, threshold atau benchmark.Dari
acuan ini dan besarnya persentase didasarkan pada kearifan professional.Sebagai
contoh, dalam bisnis yang dikelola oleh pemiliknya, pemilik mengambil sebagian
besar dari keuntungan perusahaan sebagai remunerasinya. Oleh karena itu, masuk
akal jika auditor menggunakan laba sebelum remunerasi dan pajak sebagai acuan atau
benchmark:
BUTIR
PERTIMBANGAN
Demi konsistensi, kantor-kantor akuntan public (KAP) menetapkan
petunjuk bagi KAP (firm-wide guidelines)
tentang bagaimana materialitas ditentukan pada awalnya (misalnya suatu
persentase tertentu), termasuk acuannya untuk benchmarks (misalnya laba sebelum pajak). Namun, acuan yang
sebenarnya digunakan tergantung pada kearifan professional dengan
memperhatikan siklus khusus ([articular
circumtances) yang tidak lain adalah alat untuk menangani risiko salah
saji yang material dengandenga “menangkap” salah saji yang besarannya di
bawah ambang batas tertentu.
|
Pertimbangan
dalam Memilih Acuan yang Tepat
1.
Pemakai:
tentukan
siapa yang kemungkinan besar pemakai laporan keuangan.ini dapat terdiri atas
pemilik entitas (bersama pemegang saham lainnya). TCWG, lembaga keuangan, pemilik
waralaba, penyandang dana utama, pegawai, pelanggan, kreditur, dan lembaga
Negara.
2.
Ekspektasi
pemakai tertentu: tentukan ekspektasi pemakai tertentu, seperti:
a.
Pengukuran atau diclousure untuk hal hal seperti related-party transactions, renumerasi manajemen, dan ketaatan
terhadap ketentuan perundang-undangan yang sensitive.
b.
Pengungkapan yang khas untuk
industry tertentu (industry-spesific
disclousures) seperti beban eksplorasi dalam bidang pertambangan, dan beban
penelitian danpengembangan sdalam perusahaan informasi teknologi atau farmasi.
c.
Peristiwa penting (seperti merger,
akuisisi, restrukturasasi, tuntutan hukum terhadap perusahaan, dan lain-lain)
atau contingencies.
d.
Adanya pelanggaran terhadap perjanjian,
kontrak, dan perikatan hukum lainnya, jika kesalahan yang kecil tidak dikoreksi
bermakna adanyya pelanggaran semacam itu, dampak terhadap laporan keuangan bias
signifikan dan (yang terburuk) dapat berdampak pada ketidak tepatan penggunaan going concern assumption dalam
penyusunan laporan keuangan.
3.
Unsur
laporan keuangan yang relevan: apa unsur laporan keuangan yang terpenting atau yang
penting-penting dalam laporan keuangan, yang menjadi perhatian atau minat
pemakai laporan keuangan (asset, kewajiban, ekuitas, laba, dan beban)?
4.
Sifat
entitas:pertimbangan sifat entitas, misalnya dalam tahap life cyrcle, di mana entitas ini berbeda
(bertumbuh “senja” atau mature, atau menurun, atau “sekarat”). Bagaimana
keadaan industrinya di mana entitas ini berada. Bagaimana lingkungan ekonomi
dimana entitas ini beroperasi?
5.
Apakah
perlu adjustments?:apakah adjustmentsdiperlukan untuk
“menormalkan” acuan atau benchmarkbase?
Misalnya, laba dari kegiatan yang masih berlanjut (income from continuing operations) dapat di adjust untuk:
a.
Pendapatan atau beban luar biasa
atau yang tidak berulang (non-recurring); dan
b.
Bonus kepada manajemen, yang
didasarkan atas laba sebelum bons atau yang dibayarkan sekadar untuk menurunkan
laba yang ditahan perusahaan.
6.
Focus
utama para pemakai: apa informasi dalam laporan keuangan yang menarik perhatian utama
pemakai? Contoh pemakai menaruh minat pada:
a.
Mengevaluasi kinerja keuangan, maka
focus mereka adalah pada laba, pendapatan, atau asset neto; dan
b.
Sumber daya yang digunakan untuk
mencapai tujuan tertentu, maka focus mereka adalah pada sifat dan
luasnya/dalamnya pendapatan dan beban.
7.
Pembelanjaan
entitas: bagaimana entitas dibelanjai? Jika sekadar dari utang (dan bukan
modal ekuitas), pemakai akan menekankan pada asset yang dijadikan agunan dan
klaim kreditur terhadp laba entitas.
8.
Mudah
merubah-ubah (volatile):seberapa mudah berubahnya/tidak stabilnya acuan yang diusulkan?
Contoh, acuan berdasarkan angka lapa umumnya merupakan acuan yang tepat. Namun,
jika entitas beropesai mendekati break-even
atau hasil usaha berfluktuasi dangan
hebat, angka laba mungkin bukan acuan yang tepat untuk menentukan materialitas.
9.
Acuan
alternatif: apakah ada alternatif untuk acuan yang diusulkan? Apakah alternatif
ini tepat untuk situasi yang dihadapi? Acuan alternative bias berupa current assets, net working capital, total
assets, total revenues, gross profit, total equity, dan cash flow from
operations.
2. Performance Materiality Overall
materiality dan specific materiality diterapkan
dalam hubungan dengan kebutuhan pemakai laporan keuangan.Performance materiality ditetapkan dalam jumlah yang lebih rendah.
Akibatnya, auditor melaksanakan lebih banyak pekerjaan audit (salah saji yang
lebih kecil akan teridentifikasi) dan risiko audit ditekan ke tingkat rendah
yang dapat diterima.
Jika
audit direncanakan hanya untuk mendeteksi salah saji material, yang atau berdiri sendiri, tidak akan adda pelung membuat
kesalahan (no margin of error).
Padahal peluang ini diperlukan untuk mengidentifikasi dan memperhitungkan salah
saji yang immaterial yang mungkin
ada.Dan jika dijumlahkan, salah saji yang masing-masingnya immaterial secara tergabung dapat menyebabkan laporan keuangan
laporan keuangan disalahsajikan secara material.Performance materialitydirancang untuk:
a.
Memastikan salah saji yang lebih
kecil dari overall materiality atau specific materialitydapat dideteksi; dan
b.
Menyediakan suatu margin atau
penyangga (buffer) untuk salah saji
yang tidak terdeteksi. Penyangga ini adalah selisih antara gabungan seluruh
salah saji yang terdeteksi tetapi tidak dikoreksi dan overall materiality atauspecific materiality.
Penentuan
performance materiality tidaklah
merupakan hitungan mekanis yang sederhana seperti “sekedar menyatakan” 80% dari
overall materiality.Penyederhanaan
seperti ini mengabaikan factor risiko yang spesifik, yang bias relevan bagi
entitas itu. Sebagai contoh,jika ada risiko yang tinggi untuk membuat kesalahan
dalam menghitung harga persediaan, performancematerialitydapat
diturunkan agar pekerjaan audit lebih banyak untuk menemukan salah saji.
Sebaliknya, jika risiko salah saji dalam piutang dagang itu kecil, performance materiality dapat dinaikkan,
dengan akibat pekerjaan audit substantive dapat dikurangi.Performance materiality memerlukakn kearifan professional auditor.
Tingkat
materialitas dan pengguaan performance
materiality diringkas dalam table berikut:
|
Overall
Materiality
|
Specific
Materiality
|
Performance
Materiality
|
Tujuan
|
Sebagai
ambang batas untuk menentukan bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji
yang material, baik karena error atau fraud.
|
Sebagai
ambang batas (lebih rendah dari overall materiality) yang diteraokan pada
jenis transaksi, saldo akun, atau disclosures
tertentu dimana salah saji yang lebih kecil dari overall materialiy dapat memengaruhi keputusan ekonomis pemakai
laporan.
|
|
Dasar
perhitungan
|
Salah saji yang dapat diterima (tolerable oleh pemakai
laporan,,karena tidakk memengaruhi keputusan ekonomisnya.
|
Tingkat salah
saji terkait dengan jenis transaksi, saldo akun, atau disclousure tertentu, yang secara wajarnya dapat memengaruhi
keputusan ekonomis pemakai.
|
Berapa banyak
pekerjaan audit agar:
a.
Salah saji di bawah over-all atau specific materiality) dapat ditemukan; da nada margin pengaman
untuk salah saji yang tidak terdeteksi
|
Ancer-ancer
sebagai titik awal
|
Meterialitas
berurusan dengan kearifan profrsional dan bukan sekadar hitungan mekanis.
Oleh karena itu, ISA tidak memberikan petunjuk yang sepsifik. Dalam
perktiknya, laba darioperasi perusahaan yang berjalan normal (3sampai 7%)
seriign digunakan sebagai acuan yang paling Signifinkan bagi pemakai laporan.
Jika laba bukan acuan yang tepat (misalnya untuk entitas nirlaba) atau bukan
merupakan stable base,, acuan lain
yang dapat digunakan:
a.
Revenues
atau
expenditure: 1 sampai 3%;
b.
asset
1
sampai 3%; atau
c.
equity3 sampai 5%.
|
Tentukan
angka yang lebih rendah, berdasarkan kearifan professional, untuk area atau
unsur laporan keuangan yang sensitive atau spesifik.
|
SA yang
memberikan petunjuk yang spesifik. Persentase bervariasi dari 60%( dari overall atau Ispesific materiality), dimana risiko salah saji yang material
yang lebih besar, sampai 85% dimana risiko salah saji yang material lebih
kecil.
|
Penggunaan
dalam audit
|
Menentukan
apakah salah saji yang tidak dikoreksi, terpisah atau tergabung, melampaui overall materiality.
|
Menentukan
apakah salah saji yang tidak dikoreksi, terpisah atau tergabung, melampaui specific materialiy.
|
a.
Menilai risiko salah saji yang material.
b.
Rancang prosedur audit selanjutnya
sebagai tanggapan atas assessed risks.
|
Revisi selama
audit berlangsung
|
a.
perubahan situasi selama audit
seperti penjualan sebagian bisnis.
b.
Informasi baru.
c.
Perubahan dalam perubahan auditor
mengenai entitas dan usahanya, sesudah melakukan prosedur audit selanjutnya
(misalnya, laba sebenarnya sangat berbeda dari ekspektasi).
|
Perubahan
dalam situasi khusus
|
a.
Perubahan dalam assessed risks.
b.
Sifat dan luasnya salah saji
ditemukan sewaktu melaksanakan prosedur audit selanjutnya.
c.
[erubahan dalam pemahaman auditor
mengenai entitas.
|
C.
Materialitas dalam Perencanaan dan Penilaian Resiko
Menentukan
berbagai tingkat materialitas merupakan unsur kunci dalam proses perencanaan.
Penentuan tingkat materialitas bukanlah suatu tahap yang berdiri sendiri atau
terpisah dari tahap-tahap lain, melainkan proses yang berkesinambungan dari
satu htahap ke tahap selanjutnya sampai akhir audit. Istilah bahasa inggrisnya,
“it is not a discrete phase of an audit,
but rather a continual an iteritatve process’.
Istilah “iterative process” bermakna, suatu
prosedur menghasilkan temuan, dan temuan ini memicu suatu tanggapan dalam
prosedur audit selanjutnya. Proses yang interatif ini ditunjukkan dalam
perencanaan auditnya. Penggunaan materialitas dalam perencanaan dan penilaian
risiko (risk assessment) ditunjukkan
dalam table berikut:
Penggunaan
Materialitas dalam:
Perencanaan
(Strategi Menyeluruh dan Rencana Audit)
Digunakan
materialitas untuk:
1.
Menentukan items ddalam laporan keuangan yang harus diaudit;
2.
Menetapkan konteks dan rujukan
untuk strategi audit menyeluruh (overall
audit strategy);
3.
Merencanakan sifat (nature), waktu pelaksanaan (inning), dan luasnya (extent) prosedur audit tertentu;
4.
Menemukan specific materiality untuk jenis transaksi (classes of transaction), saldo akun (account balance), atau disclosures
tertentu dimana angka salah saji yang lebih rendah dari overall
materiality atau performance materiality (secara layak) diperkirakan dapat
mempengaruhi keputusan ekonomis pemakai laporan keuangan;
5.
Menemukan performance materiality
untuk setiap tingkat specific materiality, sesuai dengan kebutuhan audit,
untuk jenis transaksi, saldo akun, atau disclosures
tertentu, tergantung tingkat risiko yang dikehendaki untuk masing-masing item tersebut;
6.
Menevaluasi bukti terakhir untuk
menentukan perlu/tidaknya adjustments atau
revisi terhadap tingkat-tingkat materialitas.jika diperlukan, auditor akan
merevisi sifat, waktu pelaksanaan dan luas prosedur sesuai keadaan.
Prosedur
penilaian risiko
1.
Mengidentifikasi prosedur
penilaian risiko (risk assessment
procedure)apa saja yang diperlukan.
2.
Menetapkan konteks atau rujukan
ketika auditor mengevaluasi informasi yang diperoleh.
3.
Menilai besar dan dampak dari
risiko yang di/teridentifikasi
4.
Menilai hasil dari prosedur
penilaian risiko.
Pertemuan tim
penugasan
1.
Memastikan bahwa anggota tim
memahami pemakai laporan keuangan diidentifikasi dan apa yang layaknya
menjadi ekspektasi mereka ddalam membuat keputusan ekonomis. Hal ini berguna
dalam hal adanya informasi yang diketahui anggota tim, yang memerlukan
perubahan angka materialitas dari apa yang ditetapkan pada awalnya. Contoh
dari hal-hal yang memerlukan perubahan angka materialitas:
a. Keputusan
melepas bagian yang besar dari bisnis entitas
b. Informasi
baru atau factor risiko(yang baru di ketahui) yang seharusnya berdampak dalam
penentuan materialitas awal.
c. Perubahan
dalam pemahaman auditor mengenai entitas dan kegiatan usahanya, sebagai hasil
dari pelaksanaan prosedur audit selanjutnya, misalkan ketika angka laba
sebenarnya berbeda dari angka yang diantisipasi.
2.
Menyusun strategi audit menyeluruh
(overall audit strategy)
3.
Menentukan luasnya pengujian
sehubungan dengan:
a. Performance materiality;
b. Specific performance materiality.
4.
Mengidentifikasi masalah audit
yang gawat (critical audit issues )
dan area yang memerlukan perhatian atau penekanan audit.
|
BUKTI
PERTIMBANGAN
Penentuan
tingkat overall performance materiality
dan specific performance
materiality memerlukan kearifan professional (professional judgment). Disarankan, tetapi tidak di wajibkan, tim
penugasan membahas kearifan professional yang diterapkan dalam menetapkan
tingkat-tingkat materialitas, dengan partner penugasan (engagement partner) dan memperoleh persetujuan partner tersebut.
Akhirnya, catatan atau rekam kearifan professional yang digunakan untuk
mentukan materialitas, secara cukup terinci, di dalam kertas kerja audit.
|
D.
Materialitas dalam Pelaksanaan Prosedur Audit
Auditor harus
menggunakan materialitas ketika menentukan sifat, waktu pelaksanaan, dan
luasnya prosedur audit. Gunakan materialitas untuk:
a.
Mengidentifikasi prosedur audit selanjutnya (futher audit procedures)
b.
Menetukan item mana yang harus
dipilih untuk sampling atau testing, dan apakh harus menggunakan
teknik sampling
c.
Membantu menentukan banyaknya sampel
d.
Mengevaluasi representative sampling
errors (RSE) untuk menentukan salah saji yang mungkin ada. RSE adalah salah
sampling yang mewakili seluruh
populasi
e.
Mengevaluasi gabungan seluruh kesalahan (agregat of totall errors) pada tingkat akun sampai ke tingkat
laporan keuangan.
f.
Mengevaluasi gabungan seluruh kesalahan, termasuk dampak neto dari salah
saji yang tidak dikoreksi (uncorrected
misstatements) yang ada dalam saldo awal retained earniings
g.
Menilai hasil prosedur audit.
BUTIR PERTIMBANGAN
Overall materiality sangat jarang
kemungkinannya untuk diubah. Namun, materialitas tersebut mungkin saja
direvisi sewwaktu audit mengetahui adanya informasi baru atau ada perubahan
dalam pemahaman auditor mengenai entitas dan operasinya. Jika perubahan
diperlukan, pastikan bahwa tim audit diberi tahu dan nilai dampaknya terhadap
rencana audit.
Performance materiality dapat berubah
berdasarkan faktor resiko baru atau temuan audit baru yang mungkin tidak
berdampak terhadap overall materiality.
Perubahan dalam performance
materiality berakibat pada
modifikassi terhadap sifat, waktu pelaksanaan, dan luasnya prosedur audit.
Tentunya jika overall materiality berubah,
perunbahan terkait juga diperlukan dalam performance
materiality.
|
E.
Materialitas dalam Pelaporan
Berikut ini terjemahan alinea 11 dan 12 dari
ISA 450
ISA 450. 11
Auditor wajib menetukan apakah salah saji yang tidak dikoreksi adalah
material, sendiri-sendiri atau jika digabungkan. Dalam menentukan hal ini
auditor wajib mempertimbangkan:
a.
Besar dan sifat salah saji, dalam hubungannya dengan jenis transaksi, saldo
akun, atau pengungkapan tertentu, maupun dalam hubungan dengan laporan keuangan
secara keseluruhan, serta situasi di mana salah saji itu terjadi, dan (liaht
alinea A13-A17, A19-A20)
b.
Dampak salah saji yang tidak dikoreksi dalam hubungannya dengan jenis
transaksi, saldo akun, atau pengungkapan terkait, serta laporan keuangan secara
keseluruhan tahun lalu. (lihat alinea A18).
ISA 450. 12
Auditor wajib
mengomunikasikan dengan TCWG mengenai salah saji yang tidak dikoresi dan
dampaknya, sendiri-sendiri atau jika digabungkan, terhadap pendapat auditor
kecuali jika dilarang oleh ketentuan perundang-undangan. Komunikasi auditor
wajib mengidentifikasi masing-masing salah saji material yang tidak dikoreksi.
Auditor wajib meminta salah saji yang belum dikoreksi, agar dikoreksi.
Sebelum
menerbitkan opini auditor harus:
a.
Menegaskan kembali materialitas yang ditetapkan untuk laporan keuangan
secara keseluruhan;
b.
Mengevaluasi sifat dan jumlah agregat salah saji yang tidak dikoreksi yang
ditemukan auditor; dan
c.
Membuat penilaian menyeluruh mengenai apakah laporan keuangan disalah
sajikan secara material.
Auditor menggunakan materialitas untuk:
a.
Mengevaluasi gabungan seluruh kesalahan pada tingkat akun sampai ke tingkat
laopran keuangan;
b.
Mengevaluasi gabungan seluruh kesalahan, termasuk dampak neto dari salah
saji yang tidak dikoreksi yang ada dalam saldo awal retained earnings;
c.
Menetukan apakah prosedur audit tambahan harus dilaksanakan ketika gabungan
salah saji mendekati overall materiality atau
specific materiality;
d.
Meminta manajemen mengoreksi semua slaah saji yang ditemukan;
e.
Mempertimbangkan untuk ,memeriksa kembali area dengan salah saji terbanyak;
f.
Memberikan pandangan mengenai sifat dan sesifitas salah saji yang
ditemukan, dan juga besarannya;
g.
Menentukan apakah laporan audoitor harus dimodifikasi (artinya apakah
auditor harus memberi opini ayang bukan WTP) karena salah saji yang tidak
dikoreksidi mana jumlah atau sifatnya material.
Salah saji gabungan atau agregat (aggregate of misstatements) terdiri atas
:
a.
Salah saji yang secara spesifik ditemukan auditor, yang merupakan hasil
dari prosedur pengujiannya; dan
b.
Taksiran saji lainnya yang ditaksir atau diperkirakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar