A.
Pengertian Bukti Audit
Bukti
audit didefinisikan sebagai setiap informasi yang digunakan oleh auditor untuk
menentukan apakah informasi yang diaudit telah sesuai dengan criteria yang
ditetapkan. Rentang informasi ini sangat beragam kemampuannya dalam mempengaruhi
auditor memutuskan apakah laoran keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Bukti audit ini mencakup informasi yang sangat
persuasive, seperti perhitungan auditor atas surat berharga yang dapat
diperjualbelikan, dan informasi yangh kurang persuasive, seperti berbagai
tanggapan atas pertanyaan-pertanyaan dari para karyawan klien.
B.
Jenis-jenis Bukti Audit
Secara
umum, Bukti
audit dapat dikelompokkan ke dalam 9 jenis bukti. Berikut ini dikemukakan ke
Sembilan jenis bulti tersebut:
1.
Struktur Pengendalian Intern Struktur
pengendalian intern dapat dipergunakan untuk mengecek ketelitian dan dapat
dipercayai data akuntansi. Kuat lemahnya struktur pengendalian intern merupakan
indicator utama yang menentukan jumlah bukti yang harus dikumpulkan. Oleh
karena itu, struktur pengendalian intern merupakan bukti yang kuat untuk
menentukan dapat atau tidaknya informasi keuangan dipercaya.
2.
Bukti Fisik Bukti fisik
banyak dipakai dalam verifikasi saldo berwujud terutama kas dan persediaan.
Bukti ini banyak diperoleh dalam perhitungan aktiva berwujud. Pemeriksaan
langsung auditor secara fisik terhadap aktiva merupakan cara yang paling
obyektif dalam menentukan kualitas yang bersangkutan. Oleh karena itu, bukti
fisik merupakan jenis bukti yang paling dapat dipercaya. Adapun Bukti fisik
diperoleh melalui prosedur auditing yang berupa inspeksi penghitungan,
danobservasi. Pada umumnya biaya memperoleh bukti fdisik sangat tinggi. Bukti
fisk berkaitan erat dengan keberadaan atau kejadian, kelengkapan, dan penilaian
atau alokasi. Adalah inspeksi
atau perhitungan yang dilakukan oleh auditor atas aktiva yang berwujud
(tangible asset). Jenis bukti ini sering berkaitan dengan persediaan dan kas,
tetapi dapat pula diterapkan untuk berbagai verifikasi atas surat berharga,
surat piutang, serta aktiva tetap yang berwujud.
3.
Catatan Akuntansi Catatan
akuntansi seperti jurnal dan buku besar, merupakan sumber data untuk membuat
laporan keuangan. Oleh karena itu, bukti catatan akuntansi merupakan obyek yang
diperiksa dalam audit laporan keuangan. Ini bukan berarti catatan akuntansi
merupakan obyek audit. Obyek audit adalah laporan keuangan. Tingkat dapat
dipercayanya catatan akuntansi tergantung kuat lemahnya struktur pengendalian
intern.
4.
Konfirmasi Konfirmasi merupakan
proses pemerolehan dan penilaian suatu komunikasi langsung dari pihak ketiga
sebagai jawaban atas permintaan informasi tentang unsur tertentu yang berdampak
terhadap asersi laporan keuangan. Konfirmasi merupakan bukti yang sangat tinggi
reliabilitasnya karena berisi informasi yang berasal dari pihak ketiga secara
langsung dan tertulis. Konfirmasi sangat banyak menghabiskan waktu dan biaya. Ada
tiga jenis konfirmasi, yaitu:, Konfirmasi positif, Blank confirmation dan
Konfirmasi negative.
Konfirmasi yang dilakukan auditor
pada umumnya dilakukan pada pemeriksaan:
a.
Kas di bank dikonfirmasikan ke bank
klien
b.
Piutang usaha dikonfirmasikan ke
pelanggan
c.
Persediaan yang disimpan di gudang
umum. Persediaan ini dikonfirmasikan ke penjaga atau kepala gudang
d.
Hutang lease dikonfirmasikan kepada
lessor
5.
Bukti Dokumenter Bukti
documenter merupakan bukti yang paling penting dalam audit. Menurutr sumber dan
tingkat kepercayaannya bukti, bukti documenter dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
a.
Bukti documenter yang dibuat pihak
luar dan dikirim kepada auditor secara langsung
b.
Bukti documenter yang dibuat pihak
luar dan dikirim kepada auditor melalui klien dan
c.
Bukti documenter yang dibuat dan
disimpan oleh klien.
Bukti documenter
kelompok a mempunyai kredibilitas yang lebih tinggi daripada kelompok b. Bukti
documenter kelompok b mempunyai kredibilitas yang lebih tinggi daripada
kelompok c. bukti documenter meliputi notulen rapat, faktur penjualan, rekening
Koran bank (bank statement), dan bermacam-macam kontrak. Reliabilitas bukti
documenter tergantung sumber dokumen, cara memperoleh bukti, dan sifat dokumen
itu sendiri. Sifat dokumen mengacu tingkat kemungkinan terjadinya kesalahan
atau kekeliruan yang mengakibatkan kecacatan dokumen. Bukti documenter banyak
digunakan secara luas dalam auditing. Bukti documenter dapat memberikan bukti
yang dapat dipercaya (reliabel) untuk semua asersi
6.
Bukti Surat Pernyataan Tertulis Surat
pernyataan tertulis merupakan pernyataan yang ditandatangani seorang individu
yang bertanggung jawab dan berpengetahuan mengenai rekening, kondisi, atau
kejadian tertentu. Bukti surat pernyataan tertulis dapat berasal dari manajemen
atau organisasi klien maupun dari dari sumber eksternal termasuk bukti dari
spesialis. Reprentation letter atau representasi tertulis yang dibuat manajemen
merupakan bukti yang berasal dari organisasi klien. Surat pernyataan konsultan
hokum, ahli teknik yang berkaitan dengan kegiatan teknik operasional organisasi
klien merupakan bukti yang berasal dari pihak ketiga. Bukti ini dapat
menghasilkan bukti yang reliable untuk semua asersi.
7.
Perhitungan Kembali sebagai Bukti
Matematis Bukti matematis diperoleh auditor melalui perhitungan kembali oleh
auditor. Penghitungan yang dilakukan auditor merupakan bukti audit yang bersifat
kuantitatif dan matematis. Bukti ini dapat digunakan untuk membuktikan
ketelitian catatan akuntansi klien. Perhitungan tersebut misalnya: Footing
untuk meneliti penjumlahan vertical; Cross-footing untuk meneliti penjumlahan
horizontal dan Perhitungan depresiasi. Bukti matematis dapat diperoleh dari
tugas rutin seperti penjumlahan total saldo, dan perhitugnan kembali yang rumit
seperti penghitungan kembali anuitas obligasi. Bukti matematis menghasilkan
bukti yang handal untuk asersi penilaian atau pengalokasian dengan biaya murah.
8.
Bukti Lisan Auditor dalam
melaksanakan tugasnya banyak berhubungan dengan manusia, sehingga ia mempunyai
kesempatan untuk mengajukan pertanyaan lisan. Masalah yang ditanyakan antara
lain meliputi kebijakan akuntansi, lokasi dokumen dan catatan, pelaksanaan
prosedur akuntansi yang tidak lazim, kemungkinan adanya utang bersyarat maupun
piutang yang sudah lama tak tertagih. Jawaban atas pertanyaan yang ditanyakan
merupaka bukti lisan. Bukti lisan harus dicatat dalam kertas kerja audit. Bukti
ini dpat menghasilkan bukti yang berkaitan dengan semua asersi.
9.
Bukti Analitis dan Perbandingan Bukti analitis
mencakup penggunaan rasio dan perbandingan data klien dengan anggaran atau
standar prestasi, trend industry, dan kondisi ekonomi umum. Bukti analitis
menghasilkan dasar untuk menentukan kewajaran suatu pos tertentu dalam laporan
keuangan dan kewajaran hubungan antas pos-pos dalam laporan keuangan. Keandalan
bukti analitis sangat tergantung pada relevansi data pembanding. Bukti analitis
berkaitan serta dengan asersi keberadaan atau keterjadian, kelengkapan, dan
penilaian atau pengalokasian. Bukti analitis meliputi perbandingan atas pos-pos
tertentu antara laporan keuangan tahun berjalan dengan laporan keuangan tahun
sebelumnya. Perbandingan in dilakukan untuk meneliti adanya perubahan yang
terjadi dan untuk menilai penyebabnya.
C.
Berbagai Keputusan Bukti Audit
Keputusan utama yang dihadapi para
auditor adalah menentukan jenis dan jumlah bukti audit yang tepat untuk
dikumpulkan agar dapat memberikan keyakinan yangt memadai bahwa berbagai
komponen dalam laporan keuangan serta dalam keseluruhan laporan lainnya telah
disajikan secara wajar. Berbagai keputusan auditor dalam pengumpulan bukti
audit dapat dipilah kedalam empat sub keputusan berikut ini:
1.
Prosedur Audit Adalah rincian intruksi
untuk pengumpulan jenis bukti audit yang diperoleh pada suatu waktu tertentu
saat berlangsungnya proses audit. Seabagai contoh berikut ini adalah suatu
prosedur audit untuk pengujian transaksi pengeluaran kas.
-
Ambilah buku jurnal
pengeluaran kas dan bandingkanlah nama sipembayar, nilai uang, dan tanggal pada
berbagai cek yang ditangguhkan dengan data yang terdapat dalam buku jurnal
pengeluaran kas.
2.
Ukuran Sampel Setelah memilih prosedur
audit, mungkin sekali memilih beragam ukuran sampel dari hanya satu sampel
hingga semua item yang terdapat dalam populasi yang sedang di uji. Dalam prosedur audit yang
telah dibahas diatas, anggaplah bahwa terdapat 6.600 cek yang tercatat dalam
buku jurnal pengeluaran kas. Auditor barangkali akan memilih ukuran sampel
sebesar 50 cek sebagai perbandingan dengan buku jurnal pengeluaran kas.
Keputusan untuk memilih seberapa banyak item yang akan diuji haruslah dibuat
oleh auditor untuk masing-masing prosedur audit yang ada. Ukuran sampel bagi
setiap prosedur tersebut kemungkinan besar akan berbeda antara satu penugasan
audit dengan penugasan audit lainnya.
3. Item-item yang terpilih Setelah menentukan ukuran sampel untuk prosedur audit dilakukan, haruslah
ditentukan item-item mana dari populasi yang akan diuji. Jika auditor
memutuskan, umpamanya, untuk memilih 50 cek yang ditangguhkan dari populasi
sebesar 6.600 cek sebagai item-item yang akan dibandingkan dengan data pada
buku jurnal pengeluaran kas, maka dapat digunakan berbagai metode yang berbeda
untuk emmilih cek-cek manakah yang akan di uji. Auditor dapat (1) memilih 50
cek pertama yang tercatat dalam periode 1 minggu, (2) memilih 50 cek bernilai
terbesar, (3) memilih cek-cek tersebut secara acak, atau, (4) memilih cek-cek
yang menurut auditor memiliki kemungkinan kandungan kekeliruan yang besar.
4.
Pemilihan Waktu yang tepat
Audit atas laporan keuangan umumnya mencakup periode waktu tertentu seperti
satu tahun, pada umumnya proses audit baru selesai dilaksanakan setelah
beberapa minggu atau beberapa bulan setelah berakhirnya suatu periode waktu.
Waktu pelaksanaan berbagai prosedur audit beragam mulai dari awal suatu periode
akuntansi atau lama setelah periode akuntansi itu berakhir.
Berbagai prosedur audit
seringkali menggabungkan antara ukuran sampel, item-item yang diuji, dan
pemilihan waktu yang tepat kedalam prosedur audit. Berikut ini adalah suatu
modifikasi dari prosedur audit diatas yang mencamtumkan keempat
keputusan-keputusan bukti audit.
1.
Ambilah
buku jurnal pengeluaran kas bulan oktober dan bandingkanlah nama sipembayar,
nilai uang dan tanggal pada berbagai cek yang ditangguhkan dengan data yang
terdapat dalam buku jurnal pengeluaran kas tersebut untuk suatu sampel yang
dipilih secara acak atas 40 nomor cek.
2.
Program
Audit Daftar atas berbagai prosedur audit untuk area
audit tertentu atau untuk keseluruhan proses audit disebut dengan program
audit. Program audit selalu mengandung daftar rangkaian prosedur audit.
Didalamnya pun seringkali mencakup pula ukuran sampel, item-item yang dipilih,
dan waktu pelaksanaan pengujian tersebut. Biasanya, Mayoritas auditor
menggunakan berbagai jenis komputer untuk mendukung persiapan program-program
audit. Aplikasi komputer yang paling sederhana pun melibatkan pengetikan
program audit kedalam suatu pengolah kata serta menyimpannya dari satu tahun
ketahun berikutnya agar dapat memfasilitasi berbagai perubahan dan segera
memperbaharuainya.
3.
Persuavitas
Bukti Audit Dua penentu
persuasivitas bukti audit adalah kompetensi dan kecukupan, yang langsung
diambil dari standar pekerjaan lapangan ketiga. Kompetensi bukti merujuk pada
tingkat dimana bukti tersebut dianggap dapat dipercaya atau diyakini
kebenarannya. Jika bukti audit dianggap memiliki kompetensi yang tinggi, maka
bantuan bukti tersebut untuk meyakinkan auditor bahwa laporan keuangan telah
disajikan secara wajar sangatlah besar. Sebagai contoh jika perhitungan
persediaan dilakukan oleh auditor, maka bukti audit yang diperoleh akan lebih
kompeten daripada jika menajemenlah yang memberikan daftar perhitungan
persediaan yang dibuatnya sendiri kepada auditor. Mayoritas auditor
mempergunakan istialh keterpercayaan bukti sebagai sinonim dari kompetensi. Kompetensi
bukti hanya berkaitan dengan prosedur-prosedur audit yang terseleksi. Tingkat kompetensi tidak
dapat ditingkatkan dengan cara memperbesar ukuran sampel atau mengambil
item-item lainnya dari suatu populasi. Tingkat kompetensi hanya dapat
diperbesar dengan memilih berbagai prosedur yang mengandung tingkat kualitas
yang lebih tinggi atas satu atau lebih dari ketujuh karakteristik kompetensi
bukti audit berikut ini.
a. Relevansi Bukti audit harus selaras atau relevan dengan
tujuan audit yang akan diuji oleh auditor sebelum bukti tersebut dapat
terpercaya
b. Independensi
penyedia bukti Bukti audit
yang diperoleh dari sumber di luar entitas akan lebih dipercaya daripada bukti audit yang diperoleh
dari dalam entitas.
c. Efektivitas
Pengendalian Intern Klien Jika pengendalian intern klien berjalan secara efektif, maka bukti audit
yang diperoleh akan dapat lebih dipercaya daripada jika pengendalian intern itu
lemah.
d. Pemahaman
Langsung Auditor Bukti audit yang diperoleh langsung oleh
auditor melalui pengujian fisik,
observasi, perhitungan dan inspeksi akan lebih kompeten daripada
informasi yang diperoleh secara tidak langsung.
e. Berbagai kualifikasi individu yang menyediakan informasi. Walaupun jika sumber informasi itu bersifat independent,
bukti audit tidak akan dapat dipercaya kecuali jika individu yang menyediakan
informasi tersebut memilikikualifikasi untuk melakukan hal itu.
f. Tingkat
obyektivitas. Bukti yang
obyekif akan dapat lebih dipercayadari pada bukti yang membutuhkan pertimbangan
tertentu untuk menentukan apakah bukti tersebut memang benar. Berbagai contoh
bukti yang obyektif termasuk konfirmasi atas piutang dagang dan saldo-saldo
bank, perhitungan fisik surat berharga dn kas, serta perhitungan ulang saldo
dalam daftar utang dagang untuk menentukan apakah data-data tersebut sesuai
dengan saldo pada buku besar. Sedangkan contoh-contoh dari bukti-bukti yang
subyektif termasuk selembar surat yang ditulis oleh pengacara klien yang
membahas mengenai kemungkinan hasil yang diperoleh dari berbagai gugatan hukum
yang sedang dihadapi oleh klien, observasi atas persediaan yang usang selama
dilakukannya pengujian fisik, serta berbagai informasi yang didapat dari
menejer kredit tentang kolektibilitas dari piutang dagang yang belum dibayar
oleh pelanggan.
g.
Ketepatan
waktu. Ketepatan wktu
atas bukti audit dapat merujuk baik kapan bukti itu di kumpulkan atau kapan
periode wktu yang tercover oleh proses audit itu.
Persuasivitas
dan Biaya Dalam membuat
berbagai keputusan tentang bukti audit pada suatu proses audit, baik
persuasivitas maupun biaya harus turut dipertimbangkan. Sangatlah jarang
terjadi ketika hanya satu jenis bukti audit saja yang tersedia untuk
memverifikasi informasi. Persuasivitas dan biaya dari semua alternative harus
masuk dalam pertimbangan audior sebelum ia memilih suatu atau beberapa jenis
bukti audit yang terbaik. Tujuan auditor adalah memperoleh sejumlah bukti audit
yang cukup kompeten pada tingkat biaya terendah yang paling mungkin dicapai.
4.
Prosedur Analitis Presedur Analitis
menngunakan berbagai perbandingan dan hubungan-hubungan untuk menilai apakah
saldo-saldo akun atau data lainnya nampak wajar. Prosedur analitis digunakan
untuk tujuan berbeda atas sebuah audit. Tujuannya adalah untuk Memahami industri dan
bisnis klien, Menilai kemampuan keberlanjutan bisnis entitas, Menunjukkan munculnya
kemungkinan kesalahan penyajian dalam laporan keuangan dan Mengurangi ujian audit rinci
5.
Wawancara kepada Klien Wawancara adalah upaya
untuk memperoleh informasi baik secara lisan maupun tertulis dari klien sebagai
tanggapannya atas berbagai tanggapannya atas berbagai pertanyaan yang diajukan
oleh auditor. Saat auditor
memperoleh bukti dari hasil wawancara ini, pada umumnya merupakan suatu
keharusan bagi auditor untuk memperoleh bukti audit lainnya yang lebih
meyakinkan melalui berbagai prosedur lainnya.
6.
Hitung
Uji Hitung uji melibatkan pengujian kembali
berbagai perhitungan dan transfer informasi yang dibuat oleh klien pada suatu
periode yang berada dalam periode audit pada sejumlah sampel yang diambil
auditor. Pengujian kembali atas berbagai erhitungan ini terdiri dari pengujian atas
keakuratan aritmatis klien. Hal ini mencakup sejumlah prosedur seperti
pengujian perkalian dalam faktur-faktur penjualan dan persediaan, penjumlahan
dalam jurnal-jurnal dan catatan-catatan pendukung, serta menguji perhitungan
atas beban depresiasi dan beban dibayar di muka. Pengujian kembali atas
berbagai transfer informasi mencakup penelusuran nilai-nilai untuk memperoleh
keyakinan bahwa pada saat informasi tersebut dicantumkan pada lebih dari satu
tempat, maka informasi tersebut selalu dicatat dalam nilai yang sama pada
setiap saat.
7.
Observasi Observasi adalah
penggunaan indera perasa untuk menilai aktivitas-aktivitas tertentu. Sepanjang
proses audit, terdapat banyak kesempatan bagi auditor untuk mempergunakan
indera penglihatan, pendengaran, perasa, dan penciumannya dalam mengevaluasi
berbagai item yang sangat beraneka ragam. Merupakan kewajiban auditor untuk
menindaklanjuti berbagai kesan pertama yang didapatnya dengan berbagai bentuk
bukti audit lainnya yang bersifat nyata.
D.
Kompetensi Dan Biaya atas Bukti Audit
Kompetensi Jenis-Jenis
Bukti Pertama, efektivitas pengendalian intern klien memiliki pengaruh yang
signifikan atas kompetensi sebagian besar jenis audit. Sebagai contoh,
dokumentasi internal suatu perusahaan yang memiliki pengendalian intern yang
efektif akan lebih terpercaya karena dokumen-dokumen tersebut memiliki
persentase keakuratan yang lebih tinggi. Serupa dengan hal tersebut, prosedur
analitis tidak akan menjadi bukti audit yang kompeten bila pengendalian yang
bertugas menghasilkan data ternyata menyediakan informasi yang tidak akurat. Kedua, baik
pengujian fisik maupun hitung uji kemungkian besar akan memberikan tingkat
kepercayaan yang tinggi jika pengendalian internnya berjalan efektif, tetapi
penggunaan kedua jenis bukti itu cukup besar perbedaannya. Kedua jenis bukti
audit ini secara efektif berhasil mengilustrasikan bahwa bukti-bukti audit yang
memiliki tingkat kepercayaan yang sama boleh jadi benar-benar jauh berbeda. Dan
Ketiga, jenis bukti audit yang spesifik jarang sekali mampu memberikan bukti
audit yang kompeten hanya dengan jenis bukti itu saja untuk memuaskan beberapa
tujuan audit. Kompetensi
bukti adalah berkaitan dengan kuantitas atau mutu dari bukti–bukti tersebut.
Bukti yang kompeten adalah bukti yang dapat dipercaya , sah , obyektif ,
dan relevan. Untuk menentukan kompetensi bukti harus mempertimbangkan berbagai
faktor , yaitu Relevansi bukti
audit, Faktor lain yang berhubungan dengan keandala bukti audit serta Penilaian
professional auditor dalam mengevaluasi bukti-bukti audit yang ada.
Biaya Atas Jenis-Jenis Bukti Dua jenis bukti audit yang
paling mahal biayanya adalah pengujian fisik dan konfirmasi. Pengujian fisik
mengeluarkan biaya yang besar karena pada umumnya, pengujian fisik mewajibkan
kehadiran auditor pada saat klien melakukan perhitungan aktivanya, yang sering
sekali dilakukan pada tanggal neraca.konfirmasi membutuhkan biaya yang besar
karena auditor harus melaksanakan sejumlah prosedur secara berhati-hati dalam
rangka mempersiapkan konfirmasi, pengiriman dan penerimaan kembali, serta upaya
untuk menindaklanjuti berbagai konfirmasi yang tidak menerima tanggapan atau
sejumlah pengecualian konfirmasi.
Dokumentasi dan prosedur analitis memerlukan biaya pada
tingkat yang moderat. Jika karyawan
klien mempersiapka berbagai dokumen dan menyusunnya secara apik agar mudah
dipergunakan, maka dokumentasi umumnya hanya menimbulkan pengeluaran biaya
audit yang cukup rendah. Saat auditor harus menemukan berbagai dokumen tersebut
oleh dirinya sendiri, mak dokumentasi dapat menimbulkan biaya audit yang sangat
tinggi. Prosedur analitis membutuhkan pertimbangan auditor untuk memutuskan
jenis prosedur analitis mana yang akan dipergunakan, melakukan sejumlah
perhitungan, serta mengevaluasi hasil yang diperoleh.Tiga jenis bukti audit
yang paling rendah biayanya adalah observasi, wawancara kepada klien, dan
hitung uji. Observasi umunya dilakukan bersamaan dengan sejumlah prosedur audit
lainnya. Wawancara dengan klien dilakukan secara ekstensif dalam setiap proses
audit dan umumnya hanya mengeluarkan biaya audit yang rendah. Hitung uji
umumnya hanya menimbulkan sejumlah kecil biaya karena hitung uji ini hanya
melibatkan berbagai perhitungan dan penelusuran sederhana yang dapat dilakukan
setiap saat sesuai dengan keperluan auditor.
Menurut standar audit, dokumentasi audit adalah catatan
yang disimpan oleh auditor dari prosedur yang diterapkan, ujian yang dilakukan,
informasi yang diperoleh, dan kesimpulan yang berhubungan yang dicapai dalam
perjanjian. Dokumentasi udit juga biasa dianggap sebagai kertas kerja pemeriksa
(KKP), kertas kerja audit (KKA), atau audit working paper (AWP). Dokumentasi
audit harus dipelihara dalam arsip terkomputerisasi. Secara keseluruhan,
tujuan dokumentasi audit adalah membantu auditor menyediaakan jaminan wajar
bahwa audit yang memadai telah dilakukan sesuai dengan standar audit yang umum
diterima. Secara khusus, dokumentasi audit (KKP) bertujuan sebagai pendukung dalam
memberikan opini, memberikan sebuah dasar untuk merencanakan audit, sebuah
catatan bukti yang diakumulasikan dan hasil dari ujian, sebagai bahan supervise
oleh supervisor dan rekan, sebagai acuan untuk audit tahun berikutnya, sebagai
referensi bila ada pertanyaan oleh pihak lain. Dokumentasi audit adalah cara
utama untuk mendokumentasikan dimana sebuah audit yang memadai telah dilakukan.
Dokumntasi audit memberikan sumber informasi penting untuk membantu auditor
dalam menentukan laporan audit yang tepat untuk dibuat dalam keadaan tertentu.
E.
Arsip Bukti Audit
Setiap perusahaan akuntan publik membuat pendekatannya
sendiri untuk menyiapkan dan mengatur arsip audit. Biasanya arsip audit dimulai
dengan informasi yang lebih umum, seperti data perusahaan dalam arsip permanen
dan diakhiri dengan laporan keuangan dan laporan audit. Ditengahnya adalah arsip audit yang mendukung
ujian auditor.
Arsip audit adalah rangka referensi utama yang digunakan
oleh orang yang mengawasi untuk mengevaluasi apakah bukti kompeten yang cukup
telah diakumulasikan untuk mendukung laporan audit. Saat prosedur audit
melibatkan penyelidikan dokumen tau konfirmasi saldo, dokumentasi audit harus
meliputi sebuah identifikasi dari item yang diuji. Arsip audit juga harus
meliputi dokumentasi tentang temuan audit atau masalah yang penting, tindakan
yang diambil untuk mengatasinya dan dasar untuk kesimpulan yang dicapai.
Kepemilikan Arsip Dokumentasi audit
disiapkan selama waktu pekerjaan termasuk jadwal yang dipersiakan oleh klien
untuk auditor, adalah kepemilikan auditor. Satu-satunya waktu dimana orang lain
termasuk klien, memiliki hak untuk menguji arsip adalah saat mereka dipanggil
oleh pengadilan sebagai bukti hukum. Pada penyelesaian waktu pekerjaan, arsip
audit dipertahankan pada kantor akuntan publik untuk referensi masa mendatang.
Kerahasiaan Arsip Audit Kerahasiaan hubungan
dengankkien diperlihatkan dalam aturan 301 dari Kode Perilaku Profesional, yang
menyatakan:
“seorang anggota tidak boleh mengungkapkan suatu informasi rahasia yang diperoleh
dalam rangkaian perjanjian profesional kecuali dengan persetujuan klien”.
Bila auditor membuka rahasia informasi keda pihak luar
atau karyawan klien yang tidak memiliki akses, hubungan mereka dengan manajemen
akan sangat terganggu sehingga memberikan karyawan sebuah kesempatan untuk
mengubah informasi dan merupakan sebuah kasus jika seorang akuntan publik
menjual prakteknya ke perusahaan akuntan publik lainnya. Namun tidak dibutuhkan
izin dari klien bila dokumentasi audit dipanggil oleh pengadilan atau digunakan
untuk keperluan legal lainnya.
1.
Arsip Permanen Disengaja untuk mengandung
data yang sifatnya historis atau berlanjut. Arsip ini menjadi sumber informasi
yang memudahkan audit yang terus diminati dari tahun ke tahun. Arsip permanent pada umumnya meliputi :
a.
Ekstrak atau salinan dari
dokumen perusahaan yang terus menerus penting sebagai artikel korporasi,
anggaran rumah tangga, perjanjian obligasi, dan kontrak. Kontrak adalah rencana pension, penyewaan,
pilihan sahan, dan lainnya.
b.
Analisis,
dari tahun sebelumnya dari akun yang senantiasa penting bagi auditor. Termasuk
seperti utang jangka panjang, akun ekuitas pemegang saham, niat baik, dan
aktiva tetap.
c.
Informasi yang berhubungan
dengan pemahaman akan kontrol (pengendalian) internal dan penilaian resiko
kontrol.
d.
Hasil dari prosedur
analitis atas audit tahun sebelunya. Di antara data ini adalah rasio dan
persentase yang dihitung oleh auditor dan total saldo atau saldo perbulan untuk
akun tertentu.
2.
Arsip Sekarang Mencakup semua dokumentasi
audit yang bisa diterapkan kedlam audit. Ada kumpulan
arsip permanent untuk klien dan sekumpulan arsip sekarang untuk masing-masing
tahun audit. Jenis informasi yang disertakan dalam arsip sekarang akan dibahas singkat
di bawah ini:
3.
Program Audit Standar audit membutuhkan program audit
tertulis untuk setiap audit. Program audit biasanya dipelihara dalam arsip
terpisah untuk memperbaiki koordinasi dan mengintegrasikan semua bagian audit.
Saat audit berjalan, setipa auditor memulai program itu untuk prosedur audit
yang dilakukan dan menunjukkan tanggal penyelesaian.
4.
Informasi umum Sebagian arsip audit mencakup informasi periode
sekarang yag sifatnya umum bukannya dirancang untuk mendukung jumlah laporan
keuangan tertentu. Ini termasuk item seperti memo perencanaan audit, abstrak atau salinan
pertemuan dewan direksi, abstrak kontrak dan lain-lain.
5.
Neraca Saldo Berjalan Karena dasar untuk menyiapkan laporan keuangan
adalah buku besar umum, jumlah yang disertakan dalam catatan adalah titik utama
dari audit. Seawal mungkin setelah tanggal neraca saldo, auditor memperoleh
atau menyiapkan daftar akun buku besar umum dan saldo akhir tahun mereka.
Jadwal ini adalah neraca saldo berjalan
6.
Menyesuiakan dan Reklasifikasi Ayat Jurnal Saat auditor menemukan kesalahan penyajian
material dalam catatan akuntansi, laporan keuangan harus diperbaiki. Sebagai
contoh, jika klien gagal untuk mengurangi persediaan dengan tepat untuk bahan
mentah yang tidak terpakai, maka bisa dibuat penyesuaian ayat jurnal oleh
auditor untuk mencerminkan nilai yang biasa diwujudkan dari persediaan itu. Reklasifikasi ayat jurnal seringkali dibuat
dalam laporan untuk memberikan informasi akuntansi yang benar bahkan saat saldo
buku besar umum itu benar.
a.
Jadwal Pendukung Bagian terbesar dari dokumentasi audit meliputi
jadwal pendukung yang rinci yang disiapkan oleh klien atau auditor untuk
mendukung jumlah tertentu pada laporan keuangan. Banyak jenis jadwal yang
digunakan dan penggunaan jenis yang tepat adalah perlu untuk mendokumentasikan
memadainya audit dan memenuhi tujuan lain dari dokumentasi audit. Berikut jenis
utama dari jadwal pendukung:
1.
Analisis Dirancang
untuk memperlihatkan aktivitas dalam akun buku besar umum selama seluruh
periode audit, menghubungkan awal dan akhir saldo.
2.
Neraca Saldo atau Daftar Jenis jadwal ini terdiri dari rincian yang
membuat saldo akhir tahun dari akun buku besar umum.ini berbeda dari sebuah
analisis dimana hanya meliputi item yang merupakan saldo akhir periode.
b.
Jadwal ujian kewajaran seperti
1.
Ringkasan
prosedur Jenis jadwal
lain meringkaskan hasil dari prosedur audit khusus yang dilakukan. Contohnya
ringkasan hasil konfirmasi piutang dagang dan ringkasan observasi persediaan.
2.
Penyelidikan
dokumen pendukung Sejumlah jadwal
tujuan khusus dirancang untuk memperlihatkan ujian rinci yang dilaksanakan,
seperti ujian dokumen selama ujian kontrol dan ujian subtantif transaksi atau
cutoff.
3.
Informasional
Berisi informasi yang berlawanan dengan bukti
audit meliputi informasi untuk pajak penghasilandata anggaran waktu, dan jam
kerja klien yang berguna dalam administrasi perjanjian.
4.
Dokumentasi
Luar Seperti jawaban konfirmasi dan salinan
perjanjian klien. Walaupun bukan “jadwal” dalam arti sebenarnya, mereka
berindeks dan saling diarsip dan prosedur ditunjukkan pada mereka dalam cara
yang sama seperti pada jadwal lainnya.
Kepustakaan
Arens, E., dan
Beasley. 2012, Auditing and Assurance Services: An Integrated Approach. Fourteenth
Edition. Pearson Education Limited. England.
Tunggal, A.
Widjaja. 2012, Pengantar Forensic Auditing. Harvarindo. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar