Jumat, 10 Februari 2017

Bukti, Tujuan Dan Program Audit



A.                 Pengertian Bukti Audit
Bukti Audit adalah informasi yang digunakan oleh Auditor dalam menentukan apakah informasi yang diaudit telah dinyatakan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Informasi ini sangat bervariasi sesuai kemampuannya dalam meyakinkan Auditor bahwa laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Bukti Audit mencakup informasi yang sangat persuasif, misalnya perhitungan auditor atas sekuritas yang dapat diperjualbelikan, dan informasi yang kurang persuasif, misalnya respons atas pertanyaan-pertanyaan dari para karyawan klien.
Pendekatan Auditor biasanya datang dari dua arah secara simultan. Pada satu sisi, auditor bertolak dari pemahaman mereka atas bisnis dan industri yang dikombinasikan dengan pemahaman atas keunggulan kompetitif klien untuk mengembangkan harapan yang berkenaan dengan laporan keuangan. Pada sisi lain, auditor juga mengaudit pencatatan transaksi-transaksi individual dan kumpulan dari transaksi-transaksi tersebut. Salah satu tantangan dalam audit ini adalah menyeimbangkan dua pendekatan yaitu:
1.      Bukti Audit Top-Down, yaitu berfokus pada upaya auditor dalam memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industry, sasaran dan tujuan manajemen, bagaimana manajemen menggunakan sumber dayanya untuk mencapai sasaran, keunggulan kompetitif organisasi di pasaran, proses bisnis inti, serta laba dan arus kas yang dihasilkan. Prosedur audit Top-Down memberikan bukti tentang risiko bisnis strategis yang dihadapi klien, bagaimana klien menanggapi risiko tersebut , dan kelangsungan hidup entitas.
2.      Bukti Audit Bottom-UP, yaitu berfokus pada pengujian secara langsung atas transaksi, saldo akun, serta sistem yang mencatat transaksi tersebut yang pada akhirnya menghasilkan saldo akun. Bukti Bottom-UP meliputi beberapa bentuk penarikan sampel transaksi, atau penarikan sampel terinci yang mendukung saldo akun (misalnya, setiap item-item dalam persediaan atau piutang usaha) dan mengevaluasi kewajaran penyajian dari setiap rincian yang terakumulasi dalam laporan keuangan.
B.                 Keputusan Penting Tentang Bukti Audit
Ketika merencanakan Audit, auditor harus membuat empat keputusan penting tentang lingkup dan pelaksanaan audit. Keputusan tersebut meliputi:
1.      Sifat Pengujian Audit Sifat pengujian audit mengacu pada sifat dan efektivitas pengujian audit yang akan dilaksanakan. Pertama, prosedur audit tersebut harus dapat memberikan bukti tentang kinerja kompetitif suatu entitas atau terkait dengan tujuan audit spesifik yang ingin dicapai auditor. Akhirnya bukti tersebut harus relevan dengan asersi laporan keuangan manajemen. Auditor juga harus mempertimbangkan biaya relatif serta efektivitas prosedur dalam kaitannya dengan tujuan audit yang spesifik. Auditor dapat memilih melaksanakan pengujian guna memperoleh pemahaman yang diperlukan dalam audit, melaksanakan pengujian pengendalian, atau melaksanakan pengujian substantif. Setiap keputusan tersebut mencerminkan pertimbangan audit yang penting tentang sifat pengujian audit tersebut.
2.      Saat Pengujian Audit Saat mengacu pada kapan auditor akan melaksanakan pengujian audit serta menarik kesimpulan audit. AU 313.02,Substantive Test Prior to Balance Sheet Date (SAS 45) menyatakan bahwa pengujian audit pada tanggal interim dapat memberikan pertimbangan awal tentang masalah-masalah signifikan yang dapat mempengaruhi laporan keuangan pada akhir tahun buku (sebagai contoh, transaksi-transaksi pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa) selain itu, banyak perencanaan audit yang meliputi upaya memperoleh pemahaman tentang pengendalian internal, mengukur risiko pengendalian, dan penerapan pengujian substantive atas transaksi, dapat dilaksanakan sebelum tanggal neraca.
3.      Luas pengujian Audit Luas prosedur Audit berkaitan dengan keputusan auditor tentang berapa banyak bukti audit yang harus diperoleh. Bukti yang lebih banyak diperlukan untuk mencapai suatu tingkat risiko deteksi yang rendah dibandingkan dengan tingkat risiko yang tinggi. Sebagai contoh, seorang auditor dapat mengirim permintaan konfirmasi sebanyak 50% dari akun yang ada dalam akun piutang usaha atau hanya 10% saja dari akun-akun yang ada.
4.      Penetapan Staf Audit Auditor harus ditugaskan pada tugas-tugas yang telah ditetapkan dan disupervisi sesuai dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan kemampuannya. Sehingga mereka dapat mengevaluasi bukti audit yang sedang diperiksa. (AU 316.27), consideration of fraud in a financial statement Audit SAS no 82, menyatakan bahwa auditor dapat menanggapi risiko salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan dengan cara penugasan personel. Tanggung jawab yang ditetapkan harus disesuaikan dengan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan personel yang ditugaskan sesuai dengan penilaian auditor atas tingkat risiko yang berkaitan dengan tnggung jawab tersebut. Singkatnya auditor membuat empat pilihan penting yang berkaitan dengan bukti audit; 1) bukti apa yang akan diperoleh (sifat), 2) bilamana akan memperoleh bukti (saat), 3) berapa banyak bukti yang akan diperoleh (luas), 4) siapa yang akan ditugaskan untuk memperoleh bukti (penetapan staf audit).
C.                 Tujuan Umum
Pada dasarnya tujuan umum audit adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran , dalam semua hal yang material , posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Untuk mencapai tujuan ini , auditor perlu menghimpun bukti kompeten yang cukup. Untuk menghimpun bukti kompeten yang cukup, auditor perlu mengidentifikasikan dan menyusun sejumlah tujuan audit spesifik untuk setiap akun laporan keuangan. Dengan melihat tujuan audit spesifik tersebut , auditor akan dapat mengidentifikasikan bukti apa yang dapat dihimpun dan bagaimana cara menghimpun bukti tersebut.
Tujuan audit spesifik lebih diarahkan untuk pengujian terhadap pos pos yang terdapat dalam  laporan keuangan yang merupakan asersi manajemen. Dalam bab sebelumnya telah disebutkan bahwa asersi manajemen dalam laporan keuangan menjadi pedoman bagi auditor untuk merencanakan pengumpulan bukti audit. Lima asersi manajemen yang digariskan dalam standar auditing yang berlaku umum (GAAS) adalah sebagai berikut:
1.      Tujuan Audit untuk Keberadaan dan Keterjadian Berkaitan dengan masalah keberadaan dan keterjadiaan biasanya auditor akan memastikan hal-hal sebagai berikut:
a.       Validitas/pisah batas, semua transaksi tercatat benar-benar telah terjadi selama periode akuntansi.
b.      Validitas, semua aktiva, kewajiban, ekuitas adalah valid dan telah dicatat sebagaimana mestinya dalam neraca.
Pada saat auditor memeriksa siklus penjualan dan penagihan, ia harus mengikuti tiga alur transaksi utama, yaitu: penjualan kredit, penagihan, dan penyesuaian penjualan. Waktu dan perhatian yang diberikan kepada tujuan audit ini tergantung pada kepentingan dan materialitis transaksi pada proses bisnis inti entitas.
2.      Tujuan Audit Untuk Kelengkapan Berkaitan dengan masalah kelengkapan, auditor biasanya akan memastikan hal-hal sebagai berikut:
a.      Kelengkapan/pisah batas, semua transaksi yang terjadi dalam periode itu telah dicatat.
b.      Kelengkapan, semua saldo yang tercantum dalam neraca meliputi semua aktiva, kewajiban, dan ekuitas sebagaimana mestinya.
Dalam konteks siklus penjualan dan penagihan, biasanya auditor akan menekankan perhatian tentang transaksi penjualan, penerimaan kas, dan penyesuaian penjualan serta akumulasinya pada saldo piutang usaha. Masalah pisah batas seringkali di review oleh para auditor karena transaksi-transaksi yang tidak tercatat merupakan kesalahan pencatatan pada periode yang salah.
3.      Tujuan Audit Untuk Hak dan Kewajiban Biasanya Auditor menguji kepemilikan, kesesuaian atas hak entitas terhadap aktiva, serta hak kepemilikan yang jelas terhadap aktiva. Apabila ingin mempertimbangkan kelangsungan usaha dan arus kas, auditor akan mengukur risiko kemungkinan klien telah menggadaikan atau menjual piutang.
4.      Tujuan Audit untuk Penilaian atau Alokasi Berkaitan dengan masalah penilaian atau alokasi, biasanya auditor akan memastikan hal-hal sebagai berikut:
a.      Penerapan GAAP, bahwa saldo telah dinilai sebagaimana mestinya untuk mencerminkan penerapan GAAP dalam hal penilaian kotor dan alokasi jumlah tertentu antarperiode (seperti penyusutan dan amortisasi)
b.      Pembukuan dan Pengikhtisaran, transaksi telah dibukukan dan diikhtisarkan sebagaimana mestinya dalam jurnal dan buku besar.
c.       Nilai bersih yang dapat direalisasikan, saldo-saldo yang telah dinilai sebagimana mestinya pada nilai bersih yang dapat direalisasikan.
Terdapat beberapa tujuan audit pokok atas asersi penilaian atau alokasi dimana masing-masing mencerminkan jenis salah saji yang berbeda dan akan memerlukan bukti audit yang berbeda pula.
5.      Tujuan Audit Untuk Penyajian dan Pengungkapan Berkaitan dengan masalah penyajian dan pengungkapan , biasanya Auditor akan memastikan hal-hal sebagai berikut:
a.       Pengklasifikasian, Transaksi dan saldo telah diklasifikasikan sebagaimana mestinya dalam laporan keuangan.
b.      Pengungkapan, Semua pengungkapan yang dipersyaratkan oleh GAAP telah tercantum dalam laporan keuangan.
Berkaitan dengan masalah penyajian dan pengungkapan, auditor menekankan perhatian secara khusus pada klasifikasi dan pengungkapan yang tepat atas transaksi pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa (related party) dalam siklus penjualan dan penagihan.
Tujuan audit  spesifik dibuat sedemikian rupa agar sesuai untuk setiap klien. AU 326.09, Evidential Matter (SAS Nos. 31,48, dan 80) menyebutkan bahwa auditor harus mempertimbangkan keadaan dimana klien beroperasi, sifat kegiatan ekonominya, dan praktik akuntansi yang unik untuk industry tersebut. Sebagai contoh, tujuan spesifik tambahan akan diperlukan apabila sebagian dari transaksi dan piutang entitas dinyatakan dalam valuta asing. Demikian juga, jumlah tujuan spesifik untuk setiap kategori  asersi akan beragam sebagaimana ditunjukkan dalam daftar sebelumnnya.
D.                 Bukti Audit, Informasi Penguat, dan Prosedur Audit
Setelah Auditor mengembangkan tujuan audit spesifik untuk saldo akun atau golongan transaksi yang material, selanjutnya ia akan mengembangkan prosedur audit yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengumpulkan bahan bukti kompeten yang cukup. Telah disebutkan bahwa materialitas dan risiko, factor-faktor ekonomi, serta ukuran dan karakteristik populasi mempengaruhi pertimbangan auditor tentang kecukupan bukti audit. Sedangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertimbangan auditor tentang kompetensi bukti audit adalah relevansi, sumber, ketepatan waktu, dan objektivitas.  
1.      Keputusan Bukti Audit Keputusan utama yang dihadapi para auditor adalah menentukan jenis dan jumlah bukti audit yang tepat untuk dikumpulkan agar dapat memberikan keyakinan yangt memadai bahwa berbagai komponen dalam laporan keuangan serta dalam keseluruhan laporan lainnya telah disajikan secara wajar. Berbagai keputusan auditor dalam pengumpulan bukti audit dapat dipilah kedalam empat sub keputusan berikut ini; Prosedur-prosedur audit apakah yang akan digunakan; Ukuran sampel sebesar apakah yang akan dipilih untuk prosedur tertentu; Item-item manakah yang akan dipilih dari populasi dan Kapankah berbagai prosedur itu akan dilakukan.
2.      Jenis-jenis Bukti Audit Dalam menentukan prosedur audit mana yang akan digunakan, auditor dapat memilihnya dari delapan kategori bukti yang luas, yang disebut tipe - tipe atau jenis - jenis bukti audit. Menurut Fachrudin (2007 : 7), ada beberapa jenis bahan bukti yang dapat dipilih oleh auditor dalam rangka mengevaluasi bukti audit, yaitu :
a.      Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik adalah suatu pemeriksaan langsung atas aset yang berwujud, seperti : persediaan barang, uang kas, kertas berharga ; seperti saham, wesel tagih, aset tetap berwujud ; seperti bangunan, mesin, kendaraan dan peralatan kantor. Pemeriksaan fisik adalah untuk memeriksa kuantitas, deskripsi, kondisi dan kualitas dari aset yang diperiksa. Dalam pemeriksaan fisik ini indera yang digunakan dapat lebih dari satu indera dari panca indera yang kita miliki.
b.      Konfirmasi Konfirmasi adalah jawaban atas permintaan auditor baik tertulis maupun lisan mengenai keakuratan suatu informasi dari pihak ketiga yang independen (sebaiknya tertulis). Jawaban tersebut seyogyanya langsung disampaikan kepada auditor. Proses konfirmasi adalah sebagai berikut :
1.      Informasi dikirimkan ke pihak ketiga yang independen.
2.      Pihak ketiga memeriksa akurasi informasi tersebut
3.      Pihak ketiga langsung mengirimkan hasil pemeriksaannya kepada auditor.
Konfirmasi terdiri atas 2 tipe :
1.      Konfirmasi positif. Pada konfirmasi ini, pihak ketiga diminta untuk menjawab baik informasi yang diterimanya akurat maupun tidak akurat.
2.       Konfirmasi negatif. Pada konfirmasi ini, pihak ketiga diminta untuk menjawab jika informasi yang diterimanya tidak akurat.
c.       Prosedur Analiis Prosedur analitis menggunakan perbandingan - perbandingan dan hubungan - hubungan untuk mengetahui apakah suatu angka atau data merupakan angka atau data yang logis. Prosedur analitis pada garis besarnya dapat dilakukan dengan lima cara :
1.      Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan tahun yang diaudit dengan tahun sebelumnya.
2.      Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan perusahaan yang diaudit dengan data perusahaan yang sejenis untuk tahun/periode yang sama.
3.      Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan dengan anggarannya.
4.      Membandingkan data yang di laporan keuangan dengan data atau informasi yang diketahui auditor atau hasil perhitungan auditor.
5.      Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan dengan data non – keuangan yang ada kaitannya (relationship)
d.      Dokumen Menurut sumbernya, bukti dokumenter dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1.      Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang independen yang dikirimkan langsung kepada auditor, misalnya konfirmasi yang merupakan penerimaan jawaban tertulis dari pihak yang independen di luar klien yang berisi verifikasi ketelitian yang diminta oleh auditor.
2.      Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang independen yang disimpan dalam arsip klien, misalnya rekening koran bank, faktur dari penjual, order pembelian dari pelanggan, dan lain - lain. Untuk menentukan tingkat kepercayaan terhadap jenis bukti dokumenter ini, auditor harus mempertimbangkan apakah dokumen tersebut dapat dengan mudah diubah atau dibuat oleh karyawan dalam organisasi klien.
e.       Tanya Jawab (wawancara, interview, Inquiries) Tanya jawab dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis. Tanya jawab dilakukan kepada personil atau pihak perusahaan. Apa saja yang kurang jelas, boleh ditanyakan kepada pihak perusahaan, misalnya mengenai metode pencatatan, proses produksi, proses pembayaran gaji/upah dan sebagainya. Tetapi dalam tanya jawab ini harus hati – hati, karena pihak perusahaan bukanlah pihak yang independen, sehingga kemungkinan memperoleh jawaban yang bias tetap ada. Dalam tanya jawab sebaiknya dilakukan dengan menggunakan alat komunikasi yang dimengerti oleh pihak yang ditanya, sehingga informasi yang diperoleh lebih baik. Sebagian hasil tanya jawab ini mungkin saja dapat diperkuat atau di cek kesesuaiannya dengan bukti lain seperti observasi atau dokumen dapat dicek kesesuaiannya dengan tanya jawab.
f.        Observasi Observasi adalah penggunaan penglihatan dan indera lain untuk menilai atau memeriksa kegiatan – kegiatan tertentu, misalnya jika di catatan kepegawaian ada 15 personil di bagian akuntansi, auditor dapat berkunjung ke bagian akuntansi untuk melihat apakah ada 15 orang yang bekerja di bagian akuntansi. Jika kurang dari 15 orang, perlu ditanyakan apakah ada personil yang cuti atau sedang keluar kantor. Demikian juga, jika di catatan tidak ada barang setengah jadi (work in proccess), auditor dapat berkunjung ke pabrik untuk melihat bagaimana proses produksi di perusahaan, untuk memastikan tidak adanya barang setengah jadi. Juga, misalnya menurut catatan dan informasi di perusahaan mesin yang baru dibeli perusahaan, kapasitasnya dapat menghasilkan 1.000 unit produk per jam. Untuk memeriksa hal diatas, auditor dapat meminta untuk melakukan observasi beroperasinya mesin tersebut.
g.      Pengerjaan Kembali Pengerjaan kembali adalah mengulangi apa yang telah dilakukan atas suatu data atau informasi. Misalnya suatu faktur penjualan, jumlah rupiah di faktur tersebut Rp. 5 juta. Auditor akan menghitung kembali dengan mengalikan kuantitas barang yang dijual dengan harga per unit dari barang tersebut, kemudian menguranginya jika ada diskon dan sebagainya, sehingga diperoleh angka Rp. 5 juta.
h.      Bukti dari spesialis Spesialis adalah seorang yang memiliki keahlian atau pengetahuan khusus dalam bidang selain akuntansi dan auditing, misalnya pengacara, insinyur, geologist, ahli teknik dan lain – lain. Pada umumnya spesialis yang digunakan auditor bukan orang yang mempunyai hubungan dengan klien. Auditor harus membuat surat perjanjian kerja dengan spesialis, tetapi tidak boleh menerima begitu saja hasil – hasil penemuan spesialis tersebut.
3.      Data Akuntansi dan Informasi Penguat
Ketika auditor mengembangkan perencanaan audit serta merancang prosedur audit untuk mencapai tujuan audit spesifik, ia harus mempertimbangkan sifat bukti yang akan diperoleh. Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi yang mendasari, dan informasi penguat yang tersedia bagi auditor. Bagi yang menekuni bidang auditing, tentunya lebih akrab dengan komponen dasar dari data akuntansi yang mendasari yaitu (jurnal, buku besar, kertas kerja, rekonsiliasi dan sebagainya) semuanya tergolong sebagai bukti yang mendukung laporan keuangan . dewasa ini data-data tersebut seringkali ada dalam bentuk data elektronik. Bukti documenter telah digunakan secara luas dalam auditing dan dapat dikaitkan dengan setiap tujuan audit spesifik, tergantung pada situasi yang ada. Dokumen yang dimaksud dapat berasal dari luar entitas, dari dalam entitas dengan pengesahan atau tanda tangan.
4.      Program Audit
Standar Auditing yang berlaku umum menyatakan bahwa dalam merencanakan audit, auditor harus mempertimbangkan sifat, luas, dan saat pekerjaan yang harus dilaksanakan serta harus mempersiapkan suatu program audit tertylis untuk setiap audit. Maksud suatu program audit adalah mengatur secara sistematis prosedur audit yang akan dilaksankan selama audit berlangsung. Program audit tersebut menyatakan bahwa prosedur audit yang diyakini oleh auditor merupakan hal yang penting untuk mencapai tujuan audit. Program audit juga mendokumentasikan strategi audit. Biasanya auditor berusaha menyeimbangkan prosedur audit top-down dan bottom-up ketika mengembangkan suatu program audit. Jenis pengujian yang termasuk dalam program audit meliputi:
a.              Prosedur Analitis Prosedur ini meneliti hubungan yang dapt diterima antara data keuangan dan data non-keuangan untuk mengembangkan harapan atas saldo laporan keuangan.
b.              Prosedur Awal Yakni prosedur untuk memperoleh pemahaman atas (1) faktor persaingan bisnis dan industri klien, (2) struktur pengendalian internnya. Auditor juga melaksanakan prosedur awal untuk memastikan bahwa catatan-catatan dalam buku pembantu sesuai dengan akun pengendali dalam buku besar.
c.               Pengujian Estimasi Akuntansi Pengujian ini meliputi pengujian subtantif atas saldo.
d.              Pengujian Pengendalian Adalah pengujian pengendalain intern yang ditetapkan oleh strategi audit dari auditor.
e.               Pengujian Transaksi Adalah pengujian substantif yang terutama meliputi tracing atau vouching transaksi berdasarkan bukti dokumenter yang mendasari.
f.                Pengujian Saldo Berfokus pada perolehan bukti secara langsung tentang saldo akun serta item-item yang membentuk saldo tersebut.
g.              Pengujian Penyajian dan Pengungkapan Mengevaluasi penyajian secara wajar semua pengungkapan yang dipersyaratkan oleh GAAP.
REFERENSI
Arens. Alvin A, Elder. Randal j, Auditing dan jasa assurance, 2006, Erlangga, Jakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Danau Tanralili ( Surga Di Kaki Gunung Bawakaraeng)

Sumb er: Dokum entasi Pribadi M e nd e ngar kata Gunung Bawakara e ng s e kilas akan t e rlintas angan t e ntang k e tinggian dan huta...